Corona, Lebaran dan Hidup yang Terasa Hampa

Maaf lahir batin ya.... Manusia boleh berencana. Tapi pada akhirnya, manusia harus tunduk pada rencanaNya. Lebaran tahun ini terasa hening. Sepi. Sunyi. Begitu yang saya rasakan. "Kesepian" itu juga sudah terjadi sejak 2,5 bulan lalu ketika segala aktivitas terpaksa harus tiarap. Setiarap-tiarapnya. Corona namanya. Tak kasat mata. Tapi sanggup memporakporandakan tatanan dunia. Saya tak ingin membahas lebih lanjut mengenai Corona ini dan efek sosial politiknya. Karena ada yang lebih kompeten untuk menulis narasinya. Saya menulis yang ringan-ringan saja. -- Kehidupan saya masih berjalan. Seperti hari-hari sebelum ada Corona datang. Ya tentu dengan sejumlah penyesuaian. Pekerjaan rutin seperti mengajar ke sekolah jelas sudah Off dan digantikan pembelajaran secara daring. Saya makin banyak berada di rumah. Tak ada jalan-jalan, ngopi dan makan bareng teman dan piknik kecil dengan keluarga. Pada mulanya berada di dalam rumah memang nyaman dan aman. Tapi tak ...