Tentang Hidup Setahun Ini

 




Rasanya sudah lama sekali saya tidak mengunggah tulisan di blog kesayangan. Facebook yang jadi andalan saya untuk aktivitas "pamer-pamer duniawi" juga tidak sesering dulu-dulu saya gunakan untuk mengunggah apa pun itu.


Begitu pun dengan relasi dengan kawan-kawan di media sosial. Saya makin selektif untuk memilih dan memilah teman. Situasi seperti saat ini, butuh banget pikiran positif dan hati tenang, supaya imun tidak ngedrop. Menjaga jarak dengan orang-orang yang toxic, sangat penting sekali. Mereka yang hobi mengunggah status-status negatif, jelas sudah akan saya lewati.  

Pesan-pesan yang masuk ke nomer pribadi atau via media sosial juga saya filter. Tidak semua pesan saya balas. Hanya yang benar-benar berkepentingan dan memiliki relasi sangat dekat saja saya balas. Ini sangat efektif untuk menjaga kesehatan jiwa raga. 


Iya, sejujurnya saya mulai agak-agak malas bermedia sosial. Mungkin efek rebahan karena pandemi ini. Saya lebih menikmati kesenyapan hidup. Meski sejujurnya, hidup saya di dunia nyata tidak senyap-senyap amat. Saya masih beraktivitas seperti sebelumnya. Ada mengajar, mengurus rumah, baca buku dan sedikit jalan-jalan radius dekat.


Pandemi Corona yang entah kapan selesainya ini, bagi saya membawa hikmah. Saya tidak mau bilang banyak atau sedikit. Tapi jelas ada. Saya yang biasanya lebih suka plesiran entah jauh atau dekat, sejak Corona melanda, memang benar-benar menahan diri. Keluar rumah hanya untuk urusan penting saja. Kalau hanya sekedar hore-hore atau cari angin, jelas tidak masuk hitungan prioritas. Ini berefek banget dengan hematnya anggaran jalan-jalan. Bisa dialokasikan untuk dana cadangan.

Urusan belanja logistik, bagi tugas dengan suami. Untuk belanja bahan pangan mentah dan basah, macam-macam lauk pauk dan sayuran, ditekel langsung suami. Setiap tiga hari sekali tugasnya memenuhi isi kulkas. Karena jujur, urusan ini saya tidak ahli. Sesekali saja saya belanja ke pasar, tapi di lapak tertentu seperti telur, ayam dan daging karena sekalian lewat. Belanja kilat.

Lalu, untuk urusan belanja logistik siap santap macam susu, camilan, saus, kecap dan kebutuhan kebersihan, sekali seminggu saya turun sendiri ke swalayan. 


---

Mengurus rumah juga bagi tugas dengan  keponakan. Karena dia sudah bisa dikasih tanggungjawab, untuk menyapu dan pel rumah induk, menjadi tugasnya keponakan saban pagi usai subuh. Sedangkan saya menyiapkan sarapan dan bersih-bersih dapur luar.


Kalau suami sedang tidak repot amat urusan kerjaan utama, dia bantu masak juga. Terutama untuk menu-menu yang menurut saya agak ribet dalam perbumbuan.

Sedangkan saya, biasanya memilih untuk ngopeni tanaman. Ini rupanya menguras energi juga. Kelihatannya sih tanaman di rumah kami tak banyak. Tapi ketika diopeni rutin, bikin pegel juga. Menyiram, cabut-cabut gulma, ngecek tunas dan daun, dan kasih pupuk jadi kerjaan rutin. Belum lagi memindahkan tanaman ke pot baru. Atau kalau ada tanaman di pot kurang sehat, harus membongkar media tanam dan merawatnya. Begitulah.


Mau tak mau saya harus belajar juga. Saya yang nol urusan tanaman, akhirnya menyempatkan berburu ilmu bercocok tanam. Baik melalui bacaan atau lihat kanal Youtube. Lumayan, jadi dapat ilmu baru.


Kerjaan setiap hari sesempatnya, suka ngecek tanaman. Apakah ada kemajuan semacam tumbuh tunas atau muncul daun dan bunga baru. Kalau ada tanda-tanda kehidupan baru, sudah pasti saya senang sekali. Semoga tangan saya termasuk tangan yang diberkati, menanam apa pun ada hasilnya.







---

Kesibukan lain yang masih rajin saya kerjakan ya membaca. Di saat semangat menulis sedang tiarap, saya banyak-banyak membaca. Hobi satu ini memang butuh duit dan waktu. Beli barang lain bisa dipikirkan dua tiga kali atau ditunda. Tapi tidak untuk belanja buku. Karena isi kepala dan hati saya butuh asupan gizi. Bolehlah raga di rumah saja. Tapi jiwa berpesiar ke mana-mana.


Tidak banyak rencana di kepala saya untuk hari-hari mendatang. Selain menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Berharap diberikan kesehatan fisik dan jiwa. Begitu pun dengan orang-orang yang saya sayangi. Karena itu yang paling penting. Rezeki mahal tak terkira dari Maha Hidup.






Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang