Sederhana tapi Bermakna

 Menuliskan notes ini di tengah kedukaan mendalam pasca ditinggal orang-orang yang hatinya saya kenal baik.... 

---


Saya salah satu orang yang sangat suka disapa dan ditanya kabar. Entah oleh kawan, sahabat, saudara. 

Rasanya bahagia diingat, diperhatikan.. 

Karena itu, sebisa mungkin saya melakukan hal sama. Menyapa, bertanya halo, memastikan  baik-baik saja. 

Media sosial adalah paling mungkin untuk melakukan itu semua. Sesibuknya kita dalam satu hari, rasanya mustahil tak pegang gawai sama sekali. 

Ada yang merespon cepat. Ada juga yang lambat. Tak sedikit yang mengabaikan. Tak apa. Mungkin mereka menganggap saya bukan siapa-siapa yang harus dikirimi kabar baik. 

Saat saya mendapat sapaan, selekas mungkin saya merespon. Apalagi jika itu dari dia, mereka yang saya kenal hatinya. Karena saya tahu, bahwa menunggu adalah hal tak menyenangkan dalam logika penantian. 

Ya kadang saya ada lambat juga merespon. Karena memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab. Atau karena sedang off gadget atau ada sesuatu yang kata hati saya bilang tidak buru-buru merespon.

Tapi sangat jarang sekali saya melakukan  itu. Ini memungkinkan karena saban waktu gadget ada di dekat saya. Pekerjaan saya selalu bersentuhan dengan gawai. 


--

Usia yang bertambah, membuat saya makin selektif dalam pertemanan. Saya tidak mudah lagi mengizinkan sesiapa untuk menjadi bagian circle saya. Ya, ada alasannya mengapa saya melakukan itu. 

Hanya orang-orang tertentu yang saya rasa perlu diinvite di media sosial. Saya juga tak mudah menerima permintaan pertemanan. Nomer WA juga tidak selalu saya berikan. 

Kadang, seleksi alam yang bekerja. Tuhan selalu punya cara memilihkan orang-orang untuk hadir di kehidupan saya. Tak sekedar hadir nama. Tapi juga keberadaannya menjadi sosok bermakna, berharga dan kami bisa saling berbagi banyak hal. Bahkan hal yang tidak begitu penting, tapi ada effort di sana. Semacam kirim video absurd, lagu-lagu yang kita suka atau emoticon lucu-lucuan merespon status atau pesan. 

---

Hadir utuh sebagai pribadi di tengah kehidupan orang yang kita sayang, hormati dan hargai saya rasa perlu. 

Menyapa bukan sekedar basa-basi atau kalau hanya ada kepentingan saja. Tapi karena kita ingin bicara ;menjadi pendengar, ingin didengar... 

Menjadi seseorang yang berharga, dan membuat dia, mereka menjadi bagian penting dalam hidup kita. 

Semoga kita mampu melakukannya. Dengan hati. Sepenuh hati. 


--

Rasa sakit kehilangan, adalah lara berlarat yang tak mudah disembuhkan

Rasa perih ditinggalkan, adalah duka yang tak mudah diterima dan dipahami

Rasa kecewa diabaikan, adalah sesak yang gelap dan menyakitkan


Waktu mengajarkan tabah

Cinta mengajarkan ikhlas

dan kasih sayang menyembuhkan semuanya

nanti, suatu hari... 






Comments

Popular posts from this blog

Kisah Buku, Timor Indonesia dan Cinta Adonara

Kulineran Ikan Dorang

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia