Kekuatan Referensi dan Teman Diskusi
(Naskah ini sudah dipublikasikan di Harian Surya, Jumat (12/7).
Courtesy Harian Surya. |
KOMITMEN untuk terus menggiatkan dunia literasi
dibuktikan Komunitas Menulis (Komunlis) Probolinggo dengan menggelar diskusi
buku Raymond Carver Terkubur Mi Instan di Iowa, karya cerpenis nasional Faisal
Oddang, Kamis (4/7). Bertempat di Aula Universitas Panca Marga (UPM),
Probolinggo, kegiatan yang dimoderatori Desi Rosalia tersebut diikuti puluhan
peserta. Tak hanya mahasiswa UPM, masyarakat umum pecinta baca juga hadir.
Diskusi yang
berlangsung mulai pukul 15.00 WIB tersebut selain menghadirkan penulis buku, juga
diramaikan dengan sejumlah pemantik diskusi. Salah satunya sastrawan Indra
Tjahyadi. Dalam paparannya, Indra Tjahyadi yang juga pengajar di UPM
mengatakan, buku karya Faisal Oddang menarik untuk dikaji karena mengangkat
tokoh penulis terkemuka Amerika Serikat.
Dok.Pri |
Menurut penulis
buku kumcer Syair Pemanggul Mayat ini, imaji yang dibangun Faisal Oddang di
dalam ceritanya sangat hidup sehingga membuat novela tersebut unik. Ide cerita
novela tersebut, lanjut Indra relevan dengan situasi saat ini. ”Antara informasi
yang benar dan hoax, seperti tak ada bedanya,” ujarnya sambil tersenyum.
Sementara itu,
Faisal Oddang yang baru saja memboyong penghargaan Cerpenis Kompas Terbaik 2018
mengungkapkan proses kreatifnya dalam menulis buku. Penulis yang sudah menelurkan karya ; Puya ke
Puya, Tiba Sebelum Berangkat, Sawerigading Datang dari Laut dan Manurung ini
menceritakan bahwa ide menulis bisa datang dari mana. Termasuk akhirnya
mengangkat kisah Raymond Carver. Peraih anugerah ASEAN Young Writers Award 2014
dari Pemerintah Thailand ini menyebut untuk menyelesaikan novelanya ini, ia
sempat menghapus draft pertamanya yang sudah selesai. ”Saya merasa tulisan saya
sangat buruk. Tidak puas. Terpaksa, saya hapus total,” terang Faisal yang suka
menulis di kafe ketimbang di rumah ini. Ditambahkan, untuk menulis novela
setebal 116 halaman tersebut, ia juga membaca banyak referensi tentang Raymond
Carver.
Penulis yang
pernah mengikuti residensi kepenulisan di Belanda (2016) itu dengan jujur juga
bilang, ada saatnya ia merasa tidak ingin menulis. Faisal juga menyebut bahwa
ketika sedang menulis, ia butuh teman diskusi selain membaca banyak referensi.
Dalam diskusi
yang berlangsung gayeng tersebut juga dibagikan sejumlah buku termasuk karya
Faisal Oddang kepada peserta yang aktif. Hari Setiawan, Ketua Komunlis di sela
acara bilang, kegiatan semacam itu sudah delapan kali dihelat pihaknya.
Menghadirkan penulis-penulis yang karyanya sedang dibincangkan, seperti; Royyan
Julian, Yona Primadesi, Mario F Lawi, Dea Anugerah dan Raymada Akmal.
”Kami berharap,
melalui diskusi buku dengan menghadirkan penulis yang naik daun bisa memantik
gairah generasi muda Probolinggo untuk suka membaca dan menulis. Siapa tahu
bibit-bibit baru di dunia sastra akan lahir dari kota ini,” ujar Hari yang juga
pengajar ini.
Dok.Pri |
Comments
Post a Comment