Menikmati Proses Menuju Puncak
RUCITA PERMATASARI
CEO AMITHYA HOTEL & RESORT
CEO AMITHYA HOTEL & RESORT
Naskah ini sudah rilis di majalah Money & I, edisi April-Mei 2020.
Muda,
kreatif dan peduli sosial. Begitu menggambarkan sosok Rucita Permatasari, arek Surabaya yang
menjabat CEO Amithya Hotel & Resort ini. Di tangan perempuan cantik yang
belum genap berusia 30 tahun ini, belasan hotel yang tersebar di Jawa, Bali
hingga Papua di antaranya Grand Darmo
Suite, G Suites Hotel, 18 Suite Villa Loft Kuta, Kaberaz Hotel Sumenep dan De Baghraf Hotel
Sumenep dipimpinnya dengan sentuhan
kreativitas, seni dan inovasi terus menerus untuk bisa bersaing dengan hotel
dan resort lainnya.
Meski
tak memiliki basic pendidikan
pariwisata dan perhotelan, ia tak kagok terjun langsung di dunia hospitality. Pengalamannya berbisnis
sejak belia menempanya luwes memerankan perannya sebagai pemimpin dengan
ratusan anak buah.
Ditemui
di G Lounge Kitchen and Bar di G Suite
Hotel, Surabaya, belum lama ini, perempuan yang dikenal dengan nama Chita Choo ini
memulai karirnya sejak masih ABG. Ia ikut berkompetisi di sejumlah ajang
pemilihan gadis sampul yang membuatnya wara-wiri tampil di majalah remaja.
Kegemarannya berpose di depan kamera dan berlenggak-lenggok di dunia catwalk, secara tak langsung karena
dukungan kedua orangtuanya. Chita ditantang untuk berprestasi baik akademik mau
pun non akademik sebanyak-banyaknya. Tak heran, jika perempuan cantik ini
terbiasa berkompetisi serius dan menghasilkan prestasi membanggakan, salah
satunya menjadi juara cover girl Majalah Aneka Yess! 2008.
Terlahir
dari keluarga pengusaha, sejak kecil Chita terbiasa melihat aktivitas bisnis
kedua orangtuanya. Itu pula menginspirasinya untuk terjun wirausaha sambil mempraktikkan ilmunya di bangku kuliah jurusan Desain
Komunikasi Visual, Universitas Ciputra, Surabaya. Ia memulai dengan berbisnis
sepatu. Lalu berlanjut dengan usaha batik dengan brand Demes serta keripik
tempe yang masih eksis hingga saat ini. Chita mengaku untuk usaha keripiknya
dia bekerjasama dengan UKM dan memasarkan melalui kerjasama dengan sejumlah
swalayan di Surabaya.
Sulung
dari dua bersaudara ini juga pernah menjadi ambassador
untuk mendukung pencalonan Tri Rismaharini sebagai wali kota Surabaya. Ia didaphuk untuk memenangkan hati pemilih
muda yang belum menentukan pilihan. Chita menikmati betul tugasnya sebagai
bagian dari proses mendapatkan pengalaman di dunia politik sebanyak-banyaknya.
Disamping ingin mengubah pandangan negatif sebagian orang tentang dunia
politik.
Debutnya
di panggung politik berlanjut ketika dilamar tiga partai sekaligus untuk maju
sebagai caleg. Dengan keyakinan diri, ia maju mencalonkan diri sebagai caleg
DPRD Jatim di Pemilu 2019 dari partai Golkar mewakili Dapil 5 Jawa Timur yang
meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu. Mengusung program unggulan bidang pendidikan untuk anak
kurang mampu, Chita mengaku mendapatkan banyak pengalaman tak ternilai sebagai
bagian pembelajaran hidup.
Chita
memulai karir di Amithya Hotel & Resort, perusahaan manajemen hotel pada
tahun 2015. Tidak serta merta menempati posisi puncak, kelahiran 24 Oktober
1990 ini menjadi direktur terlebih dahulu. Dengan merendah, Chita bilang, ia
banyak berguru dan menempa ilmu pada para seniornya.
Penggemar
olahraga berkuda ini mengaku mengelola
hotel butuh inovasi dan kreativitas untuk menyenangkan owner dan tamu-tamunya. Penyuka travelling
ini mengungkapkan, setiap bepergian dan menginap di hotel di luar negeri, ia
tidak alpa mencari hal-hal unik di hotel tersebut untuk inspirasinya mengelola
hotel-hotelnya. Di samping ”studi banding” secara tidak langsung, dia juga
selalu meminta masukan ide-ide segar dari timnya untuk kemajuan hotel dan
resort yang dikelolanya.
Di
tangannya pula, awal tahun 2020 ini Amithya Manajemen melebarkan sayap dengan
membangun Amithya Institut, sebuah lembaga pendidikan pariwisata setara D3. Ia
menyebut, lembaganya memiliki keunggulan dengan 70 % praktik dan 30 % teori
dengan pengajar para praktisi perhotelan. Siswa di Amithya Institut akan
diterjunkan langsung ke hotel dan resort di bawah manajemen Amithya.
Di
luar kesibukannya mengurus hotel dan resort, Chita yang juga aktif di Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) ini
juga berkiprah di bidang sosial. Ia mendirikan sekolah PAUD bernama Untuk
Indonesia yang ia dedikasikan untuk anak-anak jalanan. Tidak main-main, meski
ia menggratiskan biaya pendidikan di sekolahnya, namun guru-guru yang ia rekrut
semuanya lulusan S1 yang bekerja secara profesional. Begitu pun kurikulum di
sekolahnya didesain internasional dengan pelajaran bahasa Inggris dan Mandarin
sebagai unggulan. Kegiatan belajar mengajar juga lebih banyak dilakukan dengan
bermain di luar ruangan. Ia juga memfasilitasi pendidikan lima agama untuk 100 murid-muridnya.
Di sela seabrek aktivitasnya, Chita meluangkan waktu untuk turun langsung
mengajar anak-anak didiknya membaca, bahasa Inggris dan berhitung. Berikut petikannya.
Sejak kapan suka
bisnis?
Saya
suka jualan itu sejak kecil. Saat masih SD, saya sudah jualan stiker ke
teman-teman. Tapi waktu kecil, cita-cita
saya sama dengan anak-anak kebanyakan, pingin jadi dokter. Ketika remaja, saya malah pingin
serius di dunia modelling.
Bisa diceritakan awal karir di
Amithya Manajemen?
Saya
memulainya dari posisi direktur. Belajar dulu sama senior-senior sebelum jadi
CEO. Waktu itu saya otak-atik resto dan lebih ke bikin even-even. Itu pekerjaan
yang butuh kreativitas tinggi. Saya mikirin gimana resto di hotel tidak sepi. Seperti
di G Suite ini, ada restoran di lantai 11 selantai dengan area work space. Tadinya sepi, saya mikir apa
ya yang bisa bikin didatangi pengunjung. Kebetulan waktu itu di Bali sedang happening konsep floating pool breakfast tray. Saya coba aplikasikan dengan bikin Surabaya
Kooffee + Roof Bar, dengan konsep desain instagramable,
kemudian kasih pelampung bebek di kolam renang. Targetnya anak muda dan sosialita Surabaya, Ternyata
sambutan orang-orang bagus juga. Mereka penasaran pingin foto-foto, apalagi
bisa sekalian lihat pemandangan landscape
Surabaya dari ketinggian. Tiap hari penuh terus. Sampai kami kualahan. Saking
banyaknya yang datang, dalam satu minggu kami harus ganti pelampung bebek itu
sampai tiga kali. Belum lagi, insiden orang terjebur kolam saking serunya
foto-foto. He-he-he.
Saya
belajar dulu sebelum mencapai posisi puncak CEO. Kebetulan, saya suka belajar
dan menghargai proses. Dan saya menikmati betul-betul proses itu. Saya juga
menempa diri saya dengan ambil kuliah lagi S2 di Fakultas Hukum Universitas 17
Agustus (Untag) Surabaya. Banyak yang bilang, ngapain repot-repot kuliah malam?
Tapi saya pikir ini perlu, karena saya ingin belajar hukum yang memang
dibutuhkan dalam karir saya. Harus paham hukum, ngerti urusan perijinan dan
tentu saja saya butuh kawan-kawan baru berdiskusi.
![]() |
Dok. Pri |
Bisa dijelaskan Amithya
Manajemen itu seperti apa?
Jadi
gini, Amithya memiliki dua macam layanan, yakni owner dan consumer. Owner merupakan pemilik modal yang
mendirikan hotel. Bangunannya dibuat oleh Waringin sedangkan pengelolaannya memakai Amithya. Nama hotelnya memakai Grand
Mozza untuk premium, dan The Mozza untuk budget
hotel. Sedangkan consumer merupakan
pemilik hotel yang ingin mengganti manajemen hotelnya dan memakai manajemen
Amithya, seperti dilakukan G Suites Hotel, Grand Darmo, dan 18 Suites Kuta,
Bali.
Saat
ini sudah Amithya sudah membangun hotel Grand Mozza di Tuban dan Amithya Luxury
Coral Villa di Bali. Di Timika juga ada The Mozza yang sudah buka. Daerah lain
seperti di Sumenep sudah ada Kaberaz
Hotel dan De Baghraf. Lalu kami juga buka di Tulungagung dan Banyuwangi.
Saya
akui, tumbuhnya dunia pariwisata di daerah membuat Amithya Manajemen mendapat
dukungan proyek dari kepala daerah di Indonesia untuk menggerakkan pariwisata
Indonesia dengan manajemen rasa lokal.
Kami menargetkan setiap tahun akan ada hotel baru di kota-kota kecil dan
kawasan wisata. Kalau di kota besar sudah banyak hotel. Nah kami membangun dan
mengembangkan di kota kecil karena masih terbatas dan butuh hotel. Kami juga
membangun restoran di dalam hotel untuk melengkapi bisnis.
Seperti apa komunikasi
yang diterapkan dalam menjalankan Amithya Manajemen?
Pastinya
komunikasi terbuka ya. Saya ngobrol dengan owner
dan consumer. Mendengarkan mereka
maunya seperti apa untuk hotelnya. Begitu pun dengan tim, saya biasakan untuk
mendengar ide-ide dari anak buah. Mereka inginnya seperti apa. Saya maunya apa.
Sering saat bertukar ide, ada gontok-gontokan
juga. Saya menengahi, menjembatani ide dan kepentingan itu untuk
mendapatkan jalan tengahnya.
Saya
menerapkan gaya kerja yang bebas di Amithya Manajemen. Staf tidak harus bekerja
di dalam kantor. Boleh di mana saja senyamannya. Yang penting pekerjaan
selesai.
![]() |
Dok.Pri |
Apa kelebihan Amithya?
Rajin
berinovasi, pastinya. Saya sediakan hiburan musik setiap malam ada DJ di hotel budget yang di hotel budget lainnya tidak ada fasilitas itu.
Kemudian tema desain dan interior di hotel secara rutin kami ganti menyesuaikan
momen. Seperti di G Suite Hotel saat
ini, kami hadirkan nuansa kebun mulai dari lobby sampai resto. Nanti Februari
ganti lagi temanya.
Meski
begitu, dalam berinovasi kami tidak boleh melupakan situasi lingkungan di hotel
kami berada. Seperti misalnya di hotel yang di Sumenep, inovasi kami tidak
jauh-jauh dari kultur masyarakat lokal yang santri. Harus bisa menyesuaikan
diri sehingga bisa diterima baik.
Dari mana mendapatkan
ide-ide segar untuk inovasi?
Kebetulan saya suka mengamati apa
yang unik di tempat lain, seperti ketika jalan-jalan ke London. Saya mampir ke
resto yang konsepnya unik. Hiasan interiornya menggunakan bahan-bahan yang bisa
dipakai lagi untuk tema yang lain. Saya coba aplikasikan dengan budget tidak banyak tapi hasilnya bagus
dan materialnya bisa diolah untuk dipakai lagi. Dan itu membuat owner suka. Karena bisa menghemat bujet tapi hasilnya bagus.
Tingkat occupancy hotel-hotel yang dikelola
Amithya?
Rata-rata
70-80 %.
Media
promosi apa yang digunakan Amithya?
Lebih
banyak memang dari gethok tular atau
rekomendasi mulut ke mulut. Kemudian media sosial juga efektif sekali. Karena
menurut pengalaman, saya juga sering tertarik pingin ke suatu tempat atau
menginap di hotel setelah melihat foto-fotonya di media sosial.
Apa tantangan bisnis
manajemen hotel?
Pastinya
bertumbuhnya hotel yang makin banyak. Itu sebabnya butuh inovasi dan
kreativitas terus menerus supaya bisa tetap eksis.
Prospek bisnis
perhotelan di masa depan?
Masih
sangat bagus. Terutama di kota-kota kecil yang ada potensi wisata. Apalagi
sekarang berlibur itu sudah menjadi gaya hidup. Orang butuh akomodasi yang
bagus dengan fasilitas lengkap.
Anda
tidak hanya bergelut di dunia perhotelan, tapi juga sempat masuk belantara
politik dan pendidikan. Gimana itu?
Saya
berfikir gini, sudah saatnya anak-anak muda itu tampil jadi pemimpin. Kemudian,
selama ini stigma masyarakat terhadap dunia politik itu identik dengan korupsi,
kolusi, nepotisme. Negatiflah pokoknya. Nah, saya ingin mengubah pandangan itu.
Bahwa dunia politik itu tidak seperti itu.
Kalau pendidikan, karena saya suka
belajar dan merasa salah satu anugerah besar dalam hidup itu bisa bersekolah.
Banyak kan orang-orang yang tidak bisa menempuh pendidikan karena banyak
faktor. Saya mendirikan sekolah sebagai kontribusi di dunia pendidikan untuk
generasi yang lebih baik. Prinsip saya begini, sukses itu harus bisa memberikan
manfaat buat orang lain.
Mengapa tidak
memilih belajar ke luar negeri?
Karena saya merasa nyaman belajar di Surabaya. Saya cinta Indonesia.
He-he-he.
Apa yang perlu di-upgrade dari diri Anda?
Saya
harus update terus masalah perijinan.
Ini penting karena mengurus perijinan itu tidak mudah dan butuh waktu. Apalagi
pemimpin daerah mau ganti. Ini harus diantisipasi. Gak bisa santai meski
pilihan kepala daerah masih dua tahun lagi. Kan yang diurus banyak dan tidak
bisa langsung selesai. Masalah perijinan juga yang membuat saya ambil S2 di
bidang hukum. Supaya paham dan ngerti hukum.
Dengan kesibukan karir
dan organisasi, masih sempat me time?
Me
time saya ketika ketemu teman-teman, ngobrol ”ngalor kidul” yang tidak ada
hubungan sama kerjaan. Saya akui, waktu saya main sama teman jalan itu terbatas
sekali. Paling kalau ketemu teman perempuan ya ke salon. Kebetulan saya suka ngobrol dengan banyak
orang, jadi ketemu teman wartawan ya saya jadikan me time juga. He-he-he.
Punya
waktu khusus travelling?
Piknik
jauh bersama keluarga paling tidak
setahun sekali. Tapi kalau solo travelling,
sebulan sekali pasti ada. Kerjaan saya di pariwisata, jadi sambil kerja lihat
hotel saya nikmati juga jalan-jalan.
Punya bacaan favorit?
Saya
suka baca majalah Forbes. Kemudian buku-buku biografi pebisnis sukses, seperti Donald
Trump dan Jack Ma.
Goal yang sedang Anda kejar dalam dunia
bisnis?
Saya
rencana mau ekspansi di bidang kecantikan. Mau bikin klinik kecantikan dan
perusahaan kosmetik. Saya lihat prospeknya bagus.
Pernah
punya pengalaman tidak terlupakan?
Ketika
lulus kuliah kemudian melamar pekerjaan di perusahaan dan ditolak. He-he-he.
Masih aktif di dunia modelling?
Sudah
tidak. Tapi sesekali ada permintaan pemotretan untuk endorse produk. Tidak semua tawaran saya terima. Lihat-lihat
produknya juga.
Apa
tips sukses buat mereka yang menjadi entrepreneur?
Jadi
pebisnis itu harus open minded. Mengerti dan mengikuti perkembangan teknologi.
Dan yang penting selalu menikmati proses untuk menuju puncak sukses.
Apa
yang bisa digambarkan dari diri Anda?
Saya
orang yang perfeksionis dalam segala hal. Suka keluar dari zona nyaman,
mandiri, sosial dan tentunya masih muda. He-he-he.
Motto hidup yang Anda pegang?
Tidak ada kata terlalu muda untuk
mengejar cita-cita. (MI)
Comments
Post a Comment