Merevolusi Nutrisi dengan Tanaman Kelor


 Naskah ini sudah rilis di majalah Money & I, edisi Maret-April 2020



Di tangannya, ia berhasil menaikkan derajat tanaman kelor untuk mengatasi malnutrisi di Indonesia dengan mudah dan murah. Ya, tanaman kelor yang bernama latin Moringa Oliefera yang populer sebagai tanaman sayuran ini memiliki banyak kelebihan. Salah satunya kandungan super nutrisi yang melebihi kandungan nutrisi bahan pangan umumnya. Pengujian ilmiah membuktikan tanaman kelor mengatasi berbagai gangguan kesehatan, seperti kanker, tumor, darah tinggi, diabetes dan HIV/AIDS. Sayangnya, belum banyak orang yang pahami mengenai hal ini. Masih ada yang memandang sebelah mata. Menganggap tanaman kelor sebagai makanan orang miskin. Bahkan ada yang mengaitkannya dengan mistis.

Ai Dudi Krisnadi, founder dan owner PT Moringa Organik Indonesia (MOI) yang bergerak dalam industri pengolahan tanaman kelor merintis pendirian Kampung Konservasi Kelor Indonesia. Berlokasi di dekat hutan di Desa Kunduran, Ngawenombo, Blora, Jawa Tengah ia membuka lahan perkebunan seluas tiga hektar. Dudi, panggilan akrabnya, melengkapinya dengan membangun Puri Kelorina, yaitu  Pusat Pembelajaran Moringa Organik Indonesia. Sebuah tempat terintegrasi bagi siapa saja yang ingin belajar seluk beluk tanaman kelor mulai dari budidaya dan pengolahannya menjadi beragam produk makanan, minuman, obat, pupuk alami, pakan ternak, dan kosmetik.

Di tempat yang kental suasana pedesaan dan hutan tersebut, selain terdapat pabrik pengolahan kelor,  Dudi juga membuka restoran yang menyajikan aneka menu masakan berbahan dasar kelor.
            Laki-laki kelahiran 15 Maret 1969 ini mengawali bisnis kelor secara otodidak. Ia memelajari hasil-hasil penelitian banyak lembaga terpercaya dunia yang melakukan riset kelor.  Semua informasi tersebut ia kumpulkan dalam sebuah buku digital bertajuk ”Kelor, Super Nutrisi” yang ia bagikan kepada publik. Diakuinya, ia butuh waktu tak sebentar untuk menggali banyak informasi mengenai kelor karena menyesuaikan kondisi keuangannya saat itu.

            Dudi yang berlatar pendidikan Agribisnis ini juga melakukan berbagai percobaan, dengan mengikuti hasil riset dengan mempraktikkannya untuk dirinya sendiri. Ia mengaku nyaris mati ketika mencoba akar kelor yang ternyata beracun kuat. Namun, ia pantang menyerah. Selama enam bulan ia mencoba mengkonsumsi kelor yang sudah diubah dalam beragam bentuk makanan. Ia merasakan perubahan positif  pada tubuhnya. Peraih Kemenkes Award 2018 ini merasa semakin sehat,  kuat dan memiliki energi berlimpah. Tidak mudah lelah dan sakit. Ia bertekad mendedikasikan ilmu dan bisnisnya untuk membantu Indonesia dalam revolusi nutrisi.

                        Di Puri Kelorina yang merangkap kediaman pribadinya, Dudi yang digelari penemu metode  khas mengunci nutrisi dauni kelor ini berbagi cerita perjalanan bisnisnya. Berikut hasil perbincangan kami dengannya.



Kampung Konservasi Kelor Indonesia. Dok.Pri


 Bagaimana awal mengubah pandangan masyarakat mengenai kelor yang dianggap tanaman mistis dan mengedukasi masyarakat mengenai manfaat kelor?

Pada awalnya, memang tidak mudah dalam menyampaikan dan memberi informasi yang tepat mengenai manfaat kelor.  Jangankan beli, dikasih pun tidak mau.  Saya akhirnya membuka ruang edukasi untuk umum dan gratis. Tujuannya sebagai gerakan sosial mengatasi malnutrisi.

Langkah awalnya, saya memanfaatkan media sosial seperti Facebook dan website Kelorina.com untuk menyebar link informasi mengenai manfaat dan kandungan kelor. Rupanya, informasi yang saya bagikan ini menarik banyak stasiun televisi  untuk meliput dan banyak orang yang kontak saya menyatakan dukungannya. Dari situ, saya juga mendapat banyak informasi tambahan dan lebih mendalam dari luar negeri. Terutama orang-orang Indonesia yang bermukim  di Jerman serta beberapa negara Eropa lainnya.

Banyak orang tertarik dengan budidaya kelor dan ingin mengembangkan di daerah asalnya. Namun tidak tahu bagaimana harus memulainya, bagaimana  budidaya dan pengolahannya. Dari situ,  saya mulai merintis pendirian Pusat Pembelajaran Moringa Organik Indonesia. Bersyukur, respon masyarakat sangat positif yang ditandai dengan banyaknya pengunjung yang datang, terutama dari luar negeri yang ingin mengetahui dengan jelas  bagaimana saya mengolah tanaman kelor  hingga memiliki nutrisi tinggi. Rupanya, sebelum datang ke Puri Kelorina, mereka menguji  kandungan nutrisi produk saya.

Di banyak negara di dunia, tanaman kelor sudah dikenal sebagai superfood. Berkebalikan dengan kita  yang sejak dulu menganggap kelor sebagai tanaman mistis, obat dan herbal. Sebagai informasi, di NTT kelor dijadikan pakan babi. Di daerah lain kelor malah dianggap makanan masyarakat miskin. Sehingga untuk makan kelor sampai ada yang harus sembunyi-sembunyi karena takut dianggap  miskin. Padahal, makan kelor tak ada hubungan dengan kekayaan. Ini yang awalnya membuat saya sulit untuk meyakinkan masyarakat. Tapi dari hal itu pula saya lantas berfikir berfikir pentingnya mengedukasi masyarakat untuk paham manfaat kelor. Bersyukur, sekarang sudah banyak yang paham dan menghargai tanaman kelor.



Sejak kapan meneliti dan mengembangkan kelor?

Tahun 2010, saya bersama tim gerakan masyarakat Swadaya Masyarakat mulai melakukan penanaman dan pemanfaatan  tanaman kelor sebagai solusi mengatasi malnutrisi di Indonesia. Awalnya, mengumpulkan informasi tentang penelitian, jurnal dan artikel tentang kelor di mata dunia. Gerakan ini dimaksudkan sebagai dukungan masyarakat sekitar hutan Jawa dan Madura terhadap Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam rangka Percepatan Pencapaian MDGs 2015.

Saya baru berani membuat produk dan mengenalkan kepada masyarakat pada tahun 2012. Waktu itu, produknya berupa daun kering dan tepung kelor. Banyak yang beli dan merasakan manfaatnya, sehingga terjadi repeat order. Rupanya, para pembeli itu juga menyampaikan produk saya dan manfaatnya pada saudara, tetangga dan komunitasnya. Testimoni positif pembeli itu membuat penjualan produk saya meningkat. Hal itu yang membuat saya termotivasi untuk terus belajar dan mencoba membuat produk yang lebih baik. Pada simposium kelor dunia di Phipilina, saya membawa produk coklat kelor dan tepung halus daun kelor yang membuat peserta simposium lain dari berbagai negara terheran-heran bagaimana saya bisa membuat produk seperti itu.

Di kesempatan itu, mereka minta sampel tepungnya. Rupanya, mereka menguji kandungan nutrisi produk saya dan heran dengan kandungannya. Selanjutnya, mereka datang ke Blora untuk melihat langsung bagaimana saya membuatnya. Melihat proses kerja yang saya lakukan dalam mengolah kelor, mereka yang datang menyebut apa yang saya lakukan itu sebagai metode khas mengunci nutrisi daun kelor. Moringa Nutrition Lock Methode. Saya dianggap sebagai penemunya. Metode ini yang menjadi ciri khas Moringa Organik Indonesia dalam mengolah kelor, mulai dari budidaya hingga pengemasan produk dan pengolahan produk turunannya.


Membangun bisnis ini tentunya tidak ”ujug-ujug”, bagaimana ceritanya?

Saya sama sekali tidak pernah terbersit membangun kerajaan bisnis berbasis kelor. Saya justru mengarahkan bagaimana kelor sebagai solusi malnutrisi yang mudah dan murah. Saya sadar, itu tidak mudah. Karena memang rasa dan aroma kelor sangat khas. Jika salah mengolah, akan ”langu” atau tidak enak lah ya. Maka, saya buat beragam produk yang bisa diterima masyarakat, terutama berkaitan rasa dan aroma. Itu pula yang justru menjadi motivasi munculnya beragam produk yang banyak disukai orang.


Pada awalnya saya menekankan pada kualitas. Karena memang tujuannya untuk menolong sesama terbebas dari kurang gizi dan beragam penyakit. Ternyata, fokus kualitas itu malah melahirkan repeat order, pembelian ulang dari konsumen yang merasakan manfaat setelah mengkonsumsi produk kelor. Akhirnya, perusahaan berkembang pesat tanpa saya sadari.

Sebelum menjadi PT MOI, pertama kalinya kegiatan usaha murni diwadahi oleh CV Moringa Indonesia, berdiri secara resmi pada 18 Juni 2013, berdasarkan akta notaris Ira Anggraini, SH Nomer 22 di Sumenep, Madura. Ya, perusahaan berada di Madura, karena awalnya saya dan tim ingin mengembangkan tanaman kelor yang sudah banyak terdapat di sana. Tapi, dalam perjalanan berikutnya, seiring tuntutan budidaya organik mengharuskan kami mengembangkan kelor di daerah lain yang dari awal pengolahan tanah hingga terbentuk kebun kelor organik yang tidak tercampur dengan tanaman lainnya, terutama tembakau.

Selanjutnya, arah pengembangan perusahaan lebih menguatkan  diri pada produksi pangan olahan yang sehat berbahan kelor yang akhirnya mengharuskan saya memperkuat bagian penelitian dan pengembangan yang menghasilkan keragaman produk. Untuk itu, akhirnya berdiri PT Moringa Organik Indonesia (MOI) di Blora, Jawa Tengah dengan harapan bisa menjadikan produk berbahan tanaman kelor sebagai produk unggulan Indonesia. Secara resmi PT MOI berdiri pada 11 September 2015 berdasar akta notaris Bambang Harijanto, SH, M.Kn, Nomer 16, fokus mengembangkan industri pengolahan tanaman kelor organik terintegrasi di Blora.

Paradigma pengembangan usaha PT MOI adalah To Help not To Sell, didasari niat awal mengembangkan budidaya tanaman kelor  sebagai upaya membantu masyarakat memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya dengan mudah dan murah. Maka dalam operasionalisasi usahanya, PT MOI membuka diri  atas semua informasi tentang budidaya dan  dan pengolana pasca panen  tanaman kelor.  Bahkan, mengajarkan kepada siapa pun yang ingin mengembangkan tanaman kelor sebagai komoditas usaha. 

Visi Misi PT MOI dalam Revolusi Nutrisi membuat saya dan tim makin bersemangat dalam mengembangkan tanaman kelor agar masyarakat bisa mengkonsumsi berikut bersama nutrisinya yang lengkap.



 

Apa produk utama yang dibuat dan kelebihannya apa?

Produk utama PT MOI adalah Royal Moringa, yaitu tepung halus daun kelor dengan tingkat kehalusan 500 mesh dan Kelorina Seed Oil merupakan minyak biji kelor murni hasil perasan dingin, bukan ekstraksi panas. Keunggulan Royal Moringa 500 mesh sangat bagus apabila dijadikan bahan tambahan untuk makanan dan minuman agar nutrisinya meningkat.  Pabrik juga mengolah biji kelor menjadi minyak, produknya Kelorina Seed Oil. Kelebihannya, minyak tersebut memiliki kadar antioksidan yang tinggi yaitu Omega 3, 6, 9 dan 12 dan anti aging yang bagus untuk menutrisi kulit tubuh. Manfaat lain dari minyak kelor sangat bagus diolah jadi bahan kosmetik berbahan alami, atau dijadikan pengganti minyak ikan karena sifatnya yang mampu mengencerkan darah. 


Bagaimana potensi budidaya kelor ke depannya?

Potensinya  sangat besar karena kelor sangat mudah dan murah dikembangkan di Indonesia. Sedangkan pangsa pasarnya terutama ekspor, setiap tahun permintaannya terus meningkat. Nah, yang jadi masalah adalah produk kelor yang baik dan bisa diterima para ekspor itu menuntut budidaya organik dan pengolahan organik yang benar sehingga kandungan nutrisinya tetap terjaga. Ini yang masih sulit dilakukan oleh para pembudidaya dan pengolahnya. Ini yang menjadi alasan mengapa saya mendirikan Pusat Pembelajaran Moringa Organik Indonesia dan terus menyebarkan  Moringa Nutrition Lock Methode kepada lebih banyak orang.

Selain mengedukasi, saya juga membuka Pelatihan Budidaya dan Pengolahan Kelor di Pusat Pembelajaran Moringa Organik Indonesia mulai dari bibit sampai menjadi produk. Para peserta yang sudah selesai pelatihan atau disebut Kelorista, diwajibkan menanam tanaman kelor minimal 20 pohon. Sudah banyak peserta yang memiliki kebun kelor pribadi.

Selain peserta pelatihan, banyak juga para pengusaha yang ingin membudidayakan kelor di tempat mereka, seperti Palu, Makasar, Aceh dan wilayah lainnnya. Para pengusaha sawit pun  juga sudah mulai melirik usaha budidaya kelor yang boleh dibilang mudah dan murah karena kestabilannya di kancah internasional.



Nah, bicara konsep bisnis PT MOI, seperti apa?  

Begini, dalam bisnis kelor, memang tidak mudah karena diharuskan memiliki Quality based agar produk tersebut dilirik. Standar Operations Procedur (SOP) PT MOI  sudah terbukti mampu dan menghasilkan produk yang sangat berkualitas. Seperti produk olahan daun kelor Royal Moringa 500 mesh yang memiliki kandungan 18 asam amino (8 essensial amino acid) yang bernilai tinggi, vitamin A 10 kali dibanding wortel, 15 kali potassium pisang dan sebagainya.

SOP itu saya terapkan di kebun kelor masing-masing sehingga bisa memiliki standar Quality Based yang diinginkan pembeli. Saya menganjurkan pembeli dari luar untuk membeli langsung dengan datang kepada kami serta melarang keras menggunakan Letter of Credit System. Dalam dunia perkeloran, buyer yang betul-betul buyer selalu menanyakan tiga hal ;
1. Di mana kebunnya?
2. Bagaimana proses pengolahannya? Termasuk menanyakan sertifikat organik.
3. Bagaimana kualitas produk berdasar hasil uji laboratorium terbaru?


Ketika berbicara sebuah perusahaan, tentu berkaitan dengan Sumber Daya Manusia. Bagaimana dengan staf dan karyawan PT MOI apakah mereka memiliki keahlian di bidang perkeloran? Ada berapa karyawan PT MOI?

Semua yang bekerja di PT MOI, pada awalnya pengetahuannya tentang kelor boleh dibilang nol. Maka, saya melatih dari awal dan memperdalam wawasannya itu sesuai dengan bidang garapannya. Jumlah karyawan di PT MOI ada 13 orang yang terbagi dalam empat divisi ; Empat orang di divisi produk, empat orang di distribusi, tiga orang di QA/QC dan dua orang di packaging. Selain itu, ada pekerja lain yang membantu untuk proses pemetikan kelor di kebun. Setiap divisi  ada SOP dan Instruksi Kerja masing-masing, sehingga setiap aturan kerja dan kemampuan dalam bekerja sudah diatur dalam SOP/IK tersebut.







  




Bagaimana kiat mengelola SDM PT MOI dan rekanan bisnis?

Begini, dibandingkan dengan memperbanyak teknologi, saya lebih senang memperkerjakan ibu-ibu atau anak muda yang memang ingin bekerja. Bahkan, jujur sebetulnya  saya melatih anak muda agar memiliki bisnis sendiri. Seperti mulai berjualan di online shop, e-commerce, market place dan lainnya.

Saya menganggap mereka sebagai anak-anak sendiri, sehingga saya ajari mereka sesuai kasus yang mereka hadapi. Namun, sebelumnya tentu saja saya menerapkan agar mereka menjaga kualitas produk.

Rekanan bisnis dalam hal ini, para pemilik gerai dan reseler yang menjual produk PT MOI, saya anggap sebagai rekan seperjuangan untuk mengenalkan kelor. Sehingga, saya berupaya keras membantu mereka agar lebih mudah dan efektif mengenalkan kelor kepada masyarakat luas. Tentunya, menjaga kualitas produk tetap sebagai prioritas utama.























Berapa potensi penghasilan yang bisa diperoleh dari bisnis ini?

Pangsa pasar kelor di dunia itu lebih dari seribu trilyun, untuk beragam segmen pasar bermacam jenis produk turunannya. Nah, di Indonesia, pasar kelor baru terisi hanya 20%. Jadi menurut saya, peluangnya masih sangat besar bagi yang ingin menerjuni bisnis kelor. Tetapi kembali lagi, jangan melupakan SOP dan Quality based  yang dibuat untuk menjaga mutu dan sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan buyer.

Bila jadi pekebun kelor, 1 Ha dengan jarak tanam  1 x 1 M, maka ada 10 ribu pohon. Bila per pohon menghasilkan daun basah 0,5 Kg/ pohon, maka didapat 5 ton daun basah. PT MOI membeli  daun basah itu Rp 5 ribu/Kg, petani kelor bisa berpenghasilan 25 juta  untuk tiap satu hektar setiap bulannya. Yang perlu diperhatikan, kebun kelor itu harus benar-benar organik, dan daun dilorot bersih tanpa tangkai. Kemudian, rentang waktu panen hingga ke tempat pengolahan tidak boleh lebih dari empat jam.


 

Apa goal yang sedang Anda perjuangkan?
Pastinya revolusi nutrisi untuk masyarakat Indonesia.


Bisa menggambarkan diri Anda dalam 5 kata ?
Hidup dan berbagi selaras alam.



Siapa tokoh idola Anda?
Saya mengagumi Gus Dur.



Bacaan favorit?
Ihya Ullumuddin Imam Ghozali.


Apa arti penting keluarga bagi seorang Dudi Krisnadi?
Bagi saya, keluarga adalah sumber inspirasi dan energi.


Pesan khusus kepada mereka yang sedang menggeluti bisnis atau ikut menerjuni bisnis kelor?
Fokuslah pada kualitas bukan kuantitas produk.


Terakhir, makna sukses bagi Anda?
Sukses bagi saya ketika bermanfaat bagi banyak orang. Orang yang sukses itu yang berhasil dirasakan  manfaat keberadaannya oleh orang lain. Semakin banyak orang merasakan manfaat keberadaan kita, semakin sukseslah kita. (Yeti Kartikasari).


Baca juga Piknik ke Kebun Kelor

Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang