Perpustakaan adalah Eksistensi

TINGGAL di mana pun, saya selalu bikin perpustakaan kecil. Entah di pojokan ruang tengah atau memanfaatkan meja belajar. Gak sengaja sih, tapi sudah jadi kebiasaan. Zaman kuliah dulu, kamar saya yang kecil kebanyakan dijubeli buku. Bahkan ketika numpang di rumah kawan atau sodara, perpustakaaan mini ala saya pasti ada. 

Pun ketika pengantin baru. Di rumah pinjaman yang mungil, saya punya pojokan khusus di dekat jendela ruang tengah sebagai perpustakaan kecil. Awalnya, bukunya hanya beberapa saja. Tapi, lama-lama banyak juga ketika pindahan rumah.

Dua hari ini, mumpung libur dan sudah niat gak ke mana-mana, berdua hubby bahu membahu merapikan pusmini. 

Ruangan pertama sudah padat dan sesak ya buku, koran, majalah. Sementara masih ada ruang kosong di rumah kami yang bisa digunakan untuk ekspansi pusmini. Sekaligus bisa  jadi tempat buat reflexy.

Setelah dicat ulang dan dipel, akhirnya kamar yang lumayan luas itu bisa dimanfaatkan. Sebagian buku-buku yang sudah tidak saya baca, saya pindahkan ke sana. Di dinding ruang itu, saya bisa leluasa memajang beberapa penghargaan literasi dan jurnalistik. Peta-peta sejumlah negara rencana juga saya tempel di sana. Lumayanlah, anak-anak tetangga bisa main-main atau baca buku di ruangan itu dengan lebih bebas.



Anak-anak tetangga bisa main sama baca buku di Pusmini. Dok. Pri



Hubby juga bisa mengerjakan tugas atau menepi kalau malam. Dua jendela lebar menghadap halaman bisa memberi inspirasi. Sementara dua jendela kecil di sisi selatan, bisa dibuka untuk sirkulasi udara. Lumayan, ruangan yang lama kosong ini akhirnya bernyawa kembali. Jadi ruangan serbaguna.







Kalau malam bisa buat cari inspirasi. Dok. Pri


Ruang baca yang lama masih eksis juga. Menjadi "gua" buat saya untuk "bekerja" sekaligus menepi. 
Sudah tidak ngap lagi, karena buku-bukunya sudah dipecah ke ruangan yang baru. Tidak lebih dari 200 buku yang ada di ruangan ini.  Sebagian saya letakkan di rak. Sisanya saya rapikan di lantai yang saya alasi karpet.

Di ruang baca berdinding hijau ini, saya menemukan ketenangan. Membaca sambil leyeh-leyeh, mendengar musik dan melihat ikan-ikan di akuarium adalah dunia lain saya bila di rumah. Terutama saat sendiri.

Jendela tunggal yang menghadap ke puncak Gunung Penanggungan seperti menjawab doa saya dulu, dulu sekali. Ingin tinggal di dekat gunung, saban hari saya menghabiskan waktu dengan menulis sambil menunggu suami pulang kerja.



Hening di ruangan hijau ini. Dok. Pri


Buat kami, keberadaan perpustakaan di rumah cukup penting. Supaya buku-buku tidak berceceran, meski alasan ini lemah juga. Karena nyatanya, meski ada ruang sendiri, saya masih suka bawa-bawa buku ke kamar tidur. He-he-he. 

Iya, bagi kami perpustakaan menjadi jantung di rumah. Karena sejak kecil, saya sudah terbiasa bermain dengan buku. Sehari-hari pun, saya dan suami juga butuh referensi untuk menulis dan mengajar.

Baca juga : Rumahku = Perpustakaanku

Buku juga menjadi pelarian yang nikmat ketika kepala sedang kusut dan hati karut marut. Memandang deretan buku-buku seperti mengalirkan ketenangan. Yang kami mampu beli memang buku. Rasanya, sepanjang pernikahan, barang paling banyak yang bisa kami punyai ya buku. He-he-he.

Saya sudah berkomitmen, di mana pun tinggal, harus punya perpustakaan. Memanfaatkan ruang kecil saja, yang penting bisa untuk meletakkan buku-buku.

---

Lumayan, dua hari bersih-bersih dan belum kelar sampai catatan ini dibuat, bikin perut melintir. Padahal, buku-bukunya sudah banyak yang pindah tangan.

Kerjaan saya belum rampung nih. Peta-peta beberapa negara belum terpasang, masih ada buku-buku yang belum saya usapi sampulnya.  Klipingan publikasi tulisan di media juga masih belum saya kerjakan. Semoga besok bisa melanjutkan beberes lagi. 

"Sesederhana apa pun rumah kita, semoga ada meja dengan beberapa buku."





Pusmini dengan ruangan yang lebih luas. Dok. Pri







Comments

  1. waah kita sehati mbak... aku juga sllu punya peprus mini dimanapun berada... tos duyu!

    ReplyDelete
  2. Thanks for info https://bit.ly/2Su7gVx

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Kulineran Ikan Dorang

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia