Jalan-jalan 5 Negara ASEAN (Bagian 1)


APALAH artinya hidup tanpa jalan-jalan. Begitu semboyan saya sejak dulu. Itulah mengapa, setiap ada sedikit rezeki, saya menggunakannya untuk plesiran. Bukan untuk beli-beli barang. Atau menabung. Buat apa tabungan banyak, tapi tidak pernah ke mana-mana?


Giant screen. Jadwal keberangkatan pesawat. Bandara  Changi, Singapura.


Sejak tahun lalu, saya sudah mencanangkan sungguh-sungguh bahwa tahun 2019 akan menjadi tahun piknik ke beberapa negara. Kamboja. Menjadi tujuan utama saya. Cita-cita sejak lama. Sepertinya seru bisa piknik ke negeri Khmer itu.

Sengaja, dalam rencana perjalanan itu, saya tak menyertakan suami. Karena kebetulan jadwalnya dia tak bisa dipegang. Piknik gaya bebas juga bukan dia banget. Kami juga sudah sering bepergian bersama baik dalam atau ke negeri sebelah. Saya pikir, ada saatnya saya jalan-jalan sendiri. Dengan sahabat jika memungkinkan.

Mulailah jelang akhir tahun lalu, saya mantapkan rencana. Ndilalah, ada sahabat baik yang juga bercita-cita sama. Ingin ke Kamboja. Klop. Perbincangan mengenai acara jalan-jalan ke Kamboja itu sempat terputus. Karena saya harus pulang ke Bali. Nenek saya sakit. Lalu, saya juga ada trip ke Jogja dan Jawa Tengah hampir tiga pekan sampai lewat tahun baru 2019.

Meski demikian, keinginan ke Kamboja tetap terawat baik. Dan setelah awal tahun 2019, mulailah kami menyusun jadwal. Saya juga banyak berburu referensi mengenai negara yang akan kami lawati.

Setelah semedi, meditasi dan mohon petunjuk, saya putuskan sekalian saja jalan ke lima negara. Mengingat itu juga bisa menghemat bujet. Karena penerbangan langsung dari Surabaya ke Kamboja tidak ada. Semula, saya akan memulai perjalanan ke Kuala Lumpur, Malaysia terlebih dulu. Sekalian main-main ke tempat mantan murid-murid saya yang kuliah di Malaysia. Lalu berlanjut ke Bangkok, Siem Reap, Phnom Pehn, Ho Chi Minh City dan Singapura.

Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya diputuskan rute yang saya tempuh Surabaya-Singapura-Bangkok-Siem Reap-Phnom Pehn-Ho Chi Minh City dan Kuala Lumpur. Sementara sahabat saya memulai perjalanan dari Jakarta. Dan kami sepakat bertemu di Bangkok.

Destinasi Kamboja dan Vietnam yang kami matangkan. Karena itu tujuan utama. Negara lain kami eksplore dengan santai. Mengingat saya sudah pernah main-main ke Malaysia, dan sahabat saya sudah pernah tinggal di Malaysia dan Bangkok.

Perburuan tiket pesawat dan pesan hotel kami mulai. Prinsipnya, menggunakan penerbangan yang nyaman dan tidak mahal. Satu maskapai beserta grupnya sudah saya coret dari daftar pesawat yang kami tumpangi. Dengan alasan keamanan dan keselamatan. Meski sebenarnya kami paham sekali bahwa menggunakan maskapai lain juga tak jaminan kami akan selamat. 

Setelah berburu dan memertimbangkan bujet, akhirnya saya menjatuhkan pilihan sebagai berikut :

1. Penerbangan Surabaya-Singapura (menggunakan maskapai Scoot).
2. Penerbangan Singapura-Bangkok (maskapai Scoot).
3. Perjalanan Bangkok-Siem Reap (KA/Bus).
4. Siem Reap-Phnom Pehn  (Bus).
5. Phnom Pehn-Ho Chi Minh City (Bus).
6. Ho Chi Minh City-Kuala Lumpur (maskapai Malaysia Airlines)
7. Kuala Lumpur-Surabaya (Malaysia Airlines).


Pilihan transportasi itu masih sangat masuk akal dan boleh dibilang kami mendapatkan harga tiket pesawat yang terjangkau. Semakin jauh hari memesan tiket dari tanggal keberangkatan, tentu harganya lebih murah. Perlu dipertimbangkan pula maskapai yang digunakan. Saya memilih kombinasi pesawat bujet rendah (Scoot) dan premium (Malaysia Airlines). 


Untuk hotel, lagi-lagi kami tetap memprioritaskan faktor keamanan dan kenyamanan. Sengaja kami mencoret pilihan hostel dan hotel kapsul. Kami butuh ruangan yang cukup untuk sholat, dan karena sahabat saya berjilbab dia butuh ruangan yang privat, di mana kamar mandi tidak di luar kamar. Oke.

Perburuan dimulai dan sama prosesnya dengan menentukan moda transportasi, menyesuaikan bujet kami.

Terpilihlah akomodasi sebagai berikut ;

1. Sakura Sky Residences Hotel (Bangkok), 4 hari 3 malam.
2. De Sonyn Boutique Hotel (Kamboja), 4 hari 3 malam.
3. Green Star Hotel (Vietnam), 3 hari 2 malam.
4. Metro Hotel (Malaysia), 2 hari 1 malam.

Rata-rata akomodasi kami setara bintang 3. Meski demikian, kami bisa hemat bujet karena ada hotel yang punya harga khusus. Lalu, untuk urusan pembayaran akomodasi ini, saya bisa bagi dua dengan sahabat. Sehingga jatuhnya ringan. (Ulasan masing-masing hotel akan saya tulis terpisah).

Rate hotel di atas juga tidak selalu sama saban harinya. Tergantung kesediaan kamar ya! Jika ingin dapat harga murah, ada baiknya plesir bareng kawan. Sehingga untuk urusan sewa hotel bisa patungan. Kami juga memertimbangkan fluktuasi rupiah terhadap dolar. Karena Kamboja meski memiliki mata uang resmi negara Khmer, tetapi dalam praktiknya segala macam transaksi lebih banyak menggunakan USD. Dengan rate  1 USD setara Rp. 14.500 boleh dibilang, bujet piknik ke Kamboja terasa mahal. He-he-he.

Membeli tiket pesawat dan memesan akomodasi mendapat atensi utama. Supaya memudahkan rencana perjalanan. Di samping antisipasi untuk proses imigrasi, karena petugas suka tanya, kapan rencana kembali dan tempat kami menginap selama di negara tujuan. Tiket pergi pulang dan booking hotel ini selain kami simpan di gawai juga saya cetak dan selalu saya lampirkan saat proses imigrasi baik di bandara keberangkatan dan tujuan. Sehingga tak ada pertanyaan lagi dari petugas karena kedatangan, kapan kita meninggalkan negara tersebut dan tujuan kita sudah jelas. (Bersambung)


Foto jepretan pribadi di Bandara Changi, Singapura.


Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang