Bangkok, I'm in Love 4 (Jajan Es Krim dan Belanja sampai Dompet Ambyar di Chatuchak )




Jajan es krim ikonik di Chatuchak, Bangkok. Dok. Pri





Ke Bangkok ya Belanja!

Meski saya tak hobi belanja, jalan-jalan ke Bangkok bersama Mita, blusukan ke Pasar Chatuchak sudah ada dalam jadwal. Kalau rencana mengunjungi situs kuno  Ayutthaya bisa kami batalkan, tapi tidak ke Chatuchak. He-he-he.

Manajer piknik saya, Mita, sudah mengatur sedemikian rupa agar akhir pekan kami bisa seharian penuh ke Chatuchak. Ya, meski di awal sudah saya bilang, plesiran ke Bangkok itu tanpa skejul ketat, alias mengalir saja mengikuti hati dan kaki. Khusus belanja ke pasar senggol terbesar di Bangkok itu tidak ada kompromi. Wajib! Ha-ha-ha.

"Agenda kita udah jelas di Chatuchak ngapain. Jajan es krim kelapa," kata Mita saat kami diskusi santai  malam-malam sepulang kami keliling Bangkok. Saya yang sebenarnya mata sudah tinggal lima watt dan kaki gempor gak ketulungan, langsung semangat dengar kata "jajan." Ha-ha-ha.

Iyalah! Piknik tanpa jajan? Piknik macam apa itu?! Ha-ha-ha. Oke. Baiklah.
Mata saya langsung melek pyar. Capek-capek di badan langsung amblas. Seturut kegembiraan saya bahwa piknik ke Bangkok belum tamat. Hi-hi-hi.

Pasar Chatuchak buka setiap akhir pekan. Jumat-Minggu. Khusus hari Jumat, bukanya mulai pukul 18-tengah malam. Sementara Sabtu dan Minggu buka mulai jam 9-18.

Supaya bisa blusukan lama, kami sepakati ke Chatuchak di hari Sabtu.


Klik juga : Bangkok Im in Love 3 (Air Kelapa Favorit, Cinta di Chao Phraya dan Persahabatan)


---

Sabtu pagi jam 7 saya dan Mita sudah siap-siap. Iya, sengaja prei "bangkong" supaya tidak kesiangan di jalan. Lagi, jalur kereta menuju Chatuchak suka ramai di akhir pekan.

Sarapan pagi seadanya, lalu kami lanjut jalan kaki ke stasiun kereta. Dari situ, kami naik Bangkok Train Sky (BTS) atau kereta layang turun di Stasiun Mo Chit. Kemudian lanjut naik MRT turun di Stasiun Chatuchak.

Aje gile! Stasiun sudah luar biasa padatnya. Kalau hari-hari sebelumnya, saya bisa melenggang santai di stasiun, ini kali tidak. Begitu pun di dalam kereta. Kami tak dapat tempat duduk. Kami nikmati perjalanan pagi itu dengan tetap semangat.


Hiruk pikuk di salah satu stasiun Bangkok. Dok.Pri




Turun di Stasiun Chatuchak, padatnya makin menggila. Padahal baru jam 8 lewat dikit. Kayaknya semua orang berfikiran sama. Berangkat pagi-pagi. Akhirnya ya gitu deh! Jutaan umat tumplek blek. He-he-he.


Karena pasar belum buka, saya dan Mita leyeh-leyeh dulu di selasar stasiun. Sambil melihat polah orang wara-wiri. Begitu mendekati pukul 9, kami baru bergerak turun ke pasar.

Matahari Bangkok panasnya masih setia. Bisa bikin dehidrasi. Di tas saya sudah tersedia beberapa botol air kelapa.

Lamat-lamat saya dengar alunan mantra  dari berbagai sudut. Menguar di udara Chatuchak. Beberapa saya hafal larik mantranya. Karena di rumah, saat sedang menulis atau baca buku, saya suka sambi stel mantra meditasi.


Musik Tibetan terasa syahdu. Menenteramkan. Mungkin karena itu sarat doa. Saat berjalan jauh dari rumah, sendiri, saya ingat orang-orang yang ada di hati. Mereka yang tidak menyertai secara fisik. Tetapi dalam doa. Tiba-tiba saja ada rindu. Kangen. Pada rumah. Suami. Teringat perbincangan saya dengan kekasih hati beberapa hari sebelum saya plesiran  berdua Mita.

"Kamu kok gak pernah kuatir kalau aku pergi-pergi sendiri?" Tanya saya penasaran pada suami.
"Kalau kamu tidak pernah ke mana-mana, aku baru kuatir. Lah, kamu dari kecil sudah ke mana-mana, ngapain aku kuatir. Kalau kamu pergi jauh, aku cukup menitipkan sama yang di atas," katanya santai tapi "dalam."

Begitulah! Mengingat itu, cepat-cepat saya kantongi lagi kerinduan saya ke dalam ransel. Lalu ikutan antri di tukang es krim kelapa langganan Mita ketika di Bangkok. Hi-hi-hi.

Lapak es krim baru buka. Tapi yang mau beli sudah mengular. Kalau tidak karena nawaitu nge-eskrim di Chatuchak jadi agenda utama, tentu saya memilih minum es kelapa botolan saja. Daripada menunggu antrian.

Akhirnya tiba juga giliran kami. Saya bukan pecinta es krim. Tapi pagi itu, saya sudah tak sabar mau jajan es krim. Cuaca Bangkok yang Nauzubillah bikin tenggorokan minta diguyur yang dingin-dingin.

Es krim kelapa khas Bangkok disajikan di batok kelapa kecil. Pembeli bisa memilih aneka topping. Saya pilih topping kolang-kaling. Ada banyak varian sebenarnya. Tapi bagi saya, kolang-kaling itu pas untuk lidah saya yang Indonesia. He-he-he.

Harga es krim kelapa kurang lebih sekitar 5 Bath atau Rp 20 ribu. Kami putuskan cari tempat duduk untuk menikmati es krim yang rasanya "ngangeni" itu.

Sebagaimana judulnya, es krim kelapa itu bahannya memang dari kelapa. Tekstur es krimnya lembut. Seperti pipi bayi baru lahir. Aroma dan rasa kelapanya khas sejak suapan pertama. Kolang-kaling yang bertengger di atas es krim menjadi pelengkap. Seperti hidup yang saling melengkapi. Agar tak absurd. Seimbang. Indah. He-he-he.

Usai menandaskan es krim, kami pun memulai petualangan. Karena hanya bawa ransel kecil kami tak perlu repot titip barang di loker yang tersedia di beberapa sudut.


----

Lapak-lapak di Chatuchak terbagi dalam beberapa blok. Saya ngikut Mita karena dia yang apal. Dan, penting lagi dia ngerti bahasa Thai. Selain itu, saya suka bingung kalau masuk pasar. Sama kayak masuk rumah sakit. Bingung masuk dan keluarnya di mana?

Mita sudah bawa catatan apa saja yang dia mau beli. Sementara saya? Karena tak suka belanja, jadi tak bawa catatan apa pun. Prinsip saya, kalau ada barang yang bagus dan saya suka, baru beli. Saya sudah mengantongi uang Bath yang menurut perkiraan saya sudah cukup buat beli-beli.

E tapi tunggu dulu! Baru menyusuri blok pertama, mata saya sudah jatuh cinta sama dagangan yang digeber di beberapa lapak. Ha-ha-ha. Macam-macam yang saya beli. Enaknya belanja di Chatuchak, karena semua item barang sudah dipasang bandrol. Harga pas.

Ini jelas memudahkan orang yang gak suka ribet nawar. Dan gak paham bahasa setempat. Kayak saya. He-he-he.

"Katanya gak suka belanja, itu belanjaanmu udah segambreng gitu," kata Mita sambil ngikik lihat saya menenteng tas belanjaan dan sibuk minta dia ngitungi duit saya. Ha-ha-ha.

Banyak barang bisa dibeli di pasar jujugan jutaan umat di dunia yang plesiran ke Bangkok ini. Mulai aneka aksesoris, pernak-pernik hiasan rumah, kain-kain, baju, sepatu, tas dan suvenir. Kemudian camilan khas Thai, aneka teh dan kopi dan lainnya.

Pasar Chatuchak yang berlokasi di สวนจตุจักร Kamphaeng Phet 2 Rd, Chatuchak, Bangkok 10900, Thailand ini menyediakan peta gratis untuk wisatawan. Setiap lorong juga ada nomernya. Sehingga memudahkan pengunjung. Jika ingin "jujug" ke lapak yang dituju. Tapi bagi turis yang pingin menjelajah pasar terbesar di Thailand dan (bahkan) di dunia ini, tak perlu lihat peta. Susuri aja semua lorong. Selama kuat kaki, mata dan dompetnya. He-he-he.

Karena susah juga menahan diri tidak beli apa-apa di pasar yang menurut literatur ada 15 ribu toko ini. Kalau sekedar cuci mata, kasihan matanya. Capek lihat-lihat doang. He-he-he.

Setiap lorong, bisa dipastikan saya dan Mita akan menyinggahi dua atau tiga lapak. Lalu tenggelam dalam kesibukan memilih-milih apa saja yang mau dibeli. Saya minta bantuan Mita misal kalau mau cari warna atau model yang tidak seperti di pajangan. Dia yang akan ngomong ke penjualnya dengan bahasa Thai. Atau memastikan duit yang saya kasih ke penjualnya sudah benar.

Bertualang ke dalam pasar benar-benar membuat lupa waktu. Pastinya juga tidak sempat mengingat sudah berapa duit yang kami habiskan untuk "foya-foya" beli ini dan itu. Ha-ha-ha. Saya gak bisa bayangin kalau tiap pergi ke luar kota atau luar negeri buka jasa titipan. Pasti repot banget. Lah belanja buat diri sendiri saja sudah begitu repotnya.


Di lorong suvenir saya kepincut di satu toko yang dagangannya meriah. Lengkap. Harganya juga bersahabat banget. Saya borong gantungan kunci, tempelan kulkas, dan sejumlah pernak-pernik lainnya. Saking banyaknya model dan motif yang lucu-lucu bikin bingung mau beli yang mana. Ya sudah daripada repot, saya beli saja semua. He-he-he.

Buat oleh-oleh. Dok.Pri



Gantungan kunci gajah. Dok.Pri



Toh barang kecil-kecil begitu bisa masuk ke dalam ransel. Bisa dibagikan ke teman-teman dan saudara.

"Nanti kalau duitmu habis, minta ke aku ya! Depositmu masih ada," kata Mita bikin saya hore. Ya, belanja di Chatuchak boleh dibilang sangat murah meriah (tapi ternyata masih lebih murah lagi belanja di Vietnam, pemirsa. Akan saya bagikan ceritanya kapan-kapan).


Di salah satu lapak di Chatuchak. Kami belanja gila-gilaan. Dok.Pri




Entah sudah berapa jam kami ngubek-ubek Chatuchak. Tahu-tahu kaki saya sudah kaku. Mata berkunang-kunang dan kepala cekot-cekot. Tandanya karena melewatkan tidur siang.


Bahu saya lumayan nyeri juga. Ransel hijau saya sudah penuh dengan belanjaan. Masih ditambah kantong-kantong yang lumayan berat. Saya baru nyadar, kalau tidak beli bagasi pesawat. Bahaya ini!

Karena sebelumnya berasumsi tidak belanja banyak, jadi tidak perlu bagasi. Ternyata saya salah!


"Dipikir nanti saja di hotel," kata Mita melihat saya bingung dengan tentengan belanja segala rupa. Nah, sementara dia, memang sejak dari Jakarta sudah berencana mau belanja banyak. Semacam "belanja berencana", begitulah! Ha-ha-ha.


Hari sudah senja. Matahari mulai redup. Kami bergegas meninggalkan Chatuchak yang sudah meruntuhkan iman saya untuk menahan diri tidak belanja. He-he-he.

Es krim kelapa ber-topping kolang-kaling masih meninggalkan jejak di lidah saya. Seperti rindu yang saya sembunyikan di palung hati.

Kaki kami bergegas mengejar kereta yang akan membawa kembali ke hotel. Lalu bersiap bertualang lagi di malam hari. Menikmati malam panjang di sejumlah tempat hits. Bangkok memang tak ada matinya.....(Bersambung).





TIPS 
Shopping Hore di Chatuchak Market


1. Berangkat pagi biar santai.

2. Sedia payung, topi dan kacamata hitam. Supaya tidak kepanasan.  Pakai sunblock juga penting.

3. Bawa air mineral atau air kelapa. 

4. Kalau niat mau belanja gila-gilaan, bawa tas belanja atau koper. Kalau gak mau repot, beli tas sama ransel di sana saja.

5. Penting bawa duit banyak ya biar bisa belanja banyak. He-he-he. (Yeye)







Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang