Posts

Unggulan

1 Dekade itu Lebih dari Cinta

Image
10 tahun bersama. Caranya melihat saya masih tetap sama. Mencuri-curi pandang. Editing : Kirana Senin pagi, pukul 09.00 WITA. 21 Juni 2010. 10 tahun lalu. Momen terbaik bagi saya. Juga dia. Kami dipersatukan di majelis akad nikah yang sederhana. Di rumah keluarga saya di Bukit Sanggulan, Tabanan, Bali. Sebutir cincin 1,9 gr sebagai mahar. Serta sebuah buku bertajuk Kado Pernikahan untuk Istriku sebagai hadiah pernikahan darinya untuk saya. Di atas kedua benda itu, ada hal yang lebih berharga. Keberanian dan kesungguhannya untuk serius berumahtangga. Sejak dia datang sendiri menghadap orangtua saya, Juni, setahun sebelumnya (2009). Tanda kasih darinya. Dok. Pri   Tak ada prosesi lain seperti lazimnya orang-orang yang akan menikah, seperti lamaran dengan keluarga besar. Lalu berbalas kunjungan dan lainnya. Kedatangannya kali pertama ke Bali untuk bicara enam mata dengan orangtua, saya anggap itu sebagai lamaran resminya. Lalu sehari menjelang ijab qabul, ia dat

Mengenang Dia yang Pergi (1)

 Sudah cukup lama saya tidak menulis di blog. Iya, saya masih menulis di platform lain, seperti menulis naskah ulasan buku-buku Gramedia untuk diaudiokan di Noice. Menulis lepas di media cetak nasional dan pastinya menulis materi mengajar ala-ala. Tahun ini boleh dibilang cukup berat saya lalui bagi saya. Ini sehubungan dengan kepergian orang-orang terdekat yang membuat saya kehilangan. Sangat. Ya, tanggal 5 Januari lalu, kakak sepupu saya, Agoes Priadi meninggal dunia. Kakak sepupu laki-laki satu-satunya dalam silsilah per-cucuan di keluarga kami. Boleh dibilang, saya yang paling dekat dengan almarhum. Sejak saya masih remaja sampai kami sama-sama memiliki kehidupan masing-masing. Saat saya belum menikah, dia, orang pertama yang mendengar setiap curhatan segala macam dari mulut saya. Dia juga menjadi patner saya berdiskusi beragam topik. Termasuk praktik bahasa Jepang, karena dia pernah tinggal dan bekerja di negeri sakura itu. Bagi saya, dia kakak yang sangat sangat baik dan royal. S

Ritual Mandi Seru Pakai Scarlett Brightening Shower Scrub

Image
    MANDI menjadi ritual penting saban hari bagi kebanyakan orang. Mandi tak hanya sekedar membersihkan kotoran di tubuh saja. Tapi, memberikan sensasi segar dan rileks pada badan setelah melakukan aktivitas. Makanya, gak heran sih kalau ada orang yang bisa betah mandi berjam-jam. Karena ya itu tadi, memanjakan dirinya. Aku sendiri bukan orang yang bisa berlama-lama mandi. Tapi saat jam mandi tiba, aku menikmati sekali meski sebentar. Apalagi kalau abis dari aktivitas di luar rumah, badan rasanya lengket keringat dan berdebu. Gak nyaman banget rasanya. Makanya, aku langsung buru-buru mandi biar badan bersih dari segala macam kotoran yang nempel. O iya, masa-masa pandemi gini, aktivitas mandi itu harus ya, supaya bakteri dan kuman di tubuh kita hilang. Beberapa waktu ini, aku tertarik untuk menjajal produk shower scrub Scarlett yang lagi hitz. Bukan karena ikutan tren ya, tapi kurasa produk ini memang sesuai dengan karakterku. Tentunya, aku baca-baca review dulu sebelum memutusk

Perbaiki Kulit Bermasalah dengan Scarlett

Image
  BERTAMBAHNYA usia ngaruh banget sama kondisi kulit muka kita. Kulit tidak lagi sekenyal dulu. Belum lagi kalau ada jejak flek bekas jerawat yang susah hilang. Udah deh makin bikin kulit muka kita kusam dan gak bercahaya. Kayak gak terawat gitu. Saya pun mengalami kondisi macam itu. Kulit muka saya ini gak mulus. Ada bekas jerawat di dagu dan pipi serta kerutan di kening. Jauh dari licin dan glowing . Ganggu banget. Faktor usia juga berpengaruh banget. Memasuki usia 41 tahun, kualitas kulit muka sudah berkurang jauh. Butuh perawatan mumpuni. Nah, sehari-hari, saya menghindari pakai make-up karena kuatir kulit jadi stres. Paling kalau ke luar rumah, pakai pelembab saja. Kalau usai aktivitas di luar, saya cukup cuci muka. Sampai akhirnya, bertemu dengan produk Scarlett Whitening yang lagi happening. Tadinya ragu-ragu juga mau coba pakai atau tidak. Kuatir gak cocok diaplikasikan di kulit wajah. Wajar kan ya? Karena tiap orang punya jenis kulit berbeda-beda. Dan pemakaian produk

Rawat Muka dengan Brightly Ever After Cream Day & Night dari Scarlett

Image
  Saya bukan orang yang bisa rajin merawat muka. Karena merasa ribet.  Tapi suka gak suka, mau atau tidak, kulit muka harus tetap dirawat kan? Ketemu dengan Scarlett Whitening ini bikin saya gak ragu buat memulai rutin perawatan wajah. Brightly Ever After Cream Day dan Brightly Ever After Cream Night jadi pilihan. Cream ini bertekstur lembut tapi tidak bikin lengket.   Aromanya soft banget. Menenangkan. Kandungan item produk ini   CM Acnatu, Double Action Sali cylic Acid, Poreaway, Squalane, Triceramide, Natural Vitamin C, Hexapeptide-8, dan Aqua Peptide Glow.  Cara pemakaiannya cukup mudah. Ambil secukupnya terus diaplikasikan di wajah. Memakai Cream Scarlett ini berperan meningkatkan kecerahan dan mengatasi hiperpigmentasi, sebagai antioksidan membuat kulit tampak lebih cerah. Membantu mengencangkan pori-pori kulit wajah, membantu menghambat penuaan dan kerutan di wajah serta membantu kulit melawan dehidrasi kulit wajah.    Ya, sebagai orang yang suka simple, mengaplikasikan kedua p

Berkebun Ala-ala (2)

Image
  Berkebun sekian waktu, mengajarkan saya untuk tidak percaya pada penampilan. Tanaman-tanaman yang saya rawat memberikan pelajaran itu. Tampilan Big Papa sebelum dipangkas batangnya. Dok.Pri Ada tanaman yang sepintas mata terlihat cantik dan anggun. Tapi bila diamati teliti, ternyata ujung daunnya menguning. Atau mengalami lubang di daunnya. Teringat, beberapa pelajaran bertanam dari menyimak youtube dan membaca literatur, jika ada sesuatu tak beres pada tanaman, segera cari tahu problemnya. Kemungkinan, hidupnya tak baik-baik saja. Caranya? Bongkar pot. Periksa kondisi akar dan batang. Benar juga! Beberapa kejadian, tanaman yang saya "curigai" hidupnya tidak sehat, mengalami masalah entah apakah ada akar yang busuk, batang yang lonyot atau ada hama yang menumpang hidupnya. Aglonema Big Papa ini salah satunya. Kemarin-kemarin, dia terlihat gagah menjulang. Daunnya berwarna terang dengan motif yang semarak. Tapi tadi pagi, mata saya menangkap ada perubahan pada daun. Menguni

Berkebun Ala-ala (1)

Image
Pandemi Corona belum selesai. Iya, kita masih dalam situasi prihatin. Masih harus menahan diri bagi yang memungkinkan untuk beraktivitas dari rumah. Saya pun juga lebih banyak di rumah. Bosan, pasti! Tapi ya tetap harus tahan-tahan diri untuk tetap di rumah. Bergiat seputar urusan rumahtangga dan berkebun. Ini sebenarnya bukan saya banget. Ha-ha-ha. Tapi, karena di rumah ada banyak tanaman mau tidak mau ya harus dilakukan.Tadinya, tanaman di rumah itu ditanam oleh mama saya. Berhubung setahun lalu, mama saya balik ke Bali, akhirnya saya "ketempuhan" untuk merawat.  Iseng, saya beli juga beberapa jenis tanaman baru. Biar tidak bosan. Salah satunya Aglonema. Gara-gara itu, saya jadi tune belajar dunia tanaman. Menyimak Youtube yang berisikan tutorial berkebun bangsa Sri Rejeki ini. Baca-baca artikel tentang bagaimana merawat dan pemeliharaan Aglonema. Ada beberapa jenis Aglo juga yang saya dapat barter dari saudara. Bertukar info soal bertanam ini juga hampir tiap hari saya lak

Tentang Hidup Setahun Ini

Image
  Rasanya sudah lama sekali saya tidak mengunggah tulisan di blog kesayangan. Facebook yang jadi andalan saya untuk aktivitas "pamer-pamer duniawi" juga tidak sesering dulu-dulu saya gunakan untuk mengunggah apa pun itu. Begitu pun dengan relasi dengan kawan-kawan di media sosial. Saya makin selektif untuk memilih dan memilah teman. Situasi seperti saat ini, butuh banget pikiran positif dan hati tenang, supaya imun tidak ngedrop. Menjaga jarak dengan orang-orang yang toxic, sangat penting sekali. Mereka yang hobi mengunggah status-status negatif, jelas sudah akan saya lewati.   Pesan-pesan yang masuk ke nomer pribadi atau via media sosial juga saya filter. Tidak semua pesan saya balas. Hanya yang benar-benar berkepentingan dan memiliki relasi sangat dekat saja saya balas. Ini sangat efektif untuk menjaga kesehatan jiwa raga.  Iya, sejujurnya saya mulai agak-agak malas bermedia sosial. Mungkin efek rebahan karena pandemi ini. Saya lebih menikmati kesenyapan hidup. Meski sejuj