Kisah Priscilla, My Beautiful Fighter


Catatan membaca ini sudah dipublikasikan di Jawa Pos-Radar Mojokerto, Minggu (25/11).
Radar Mojokerto, 25/11-2018. 


ADA banyak cara untuk mengenang orang terkasih yang sudah berpulang. Salah satunya mengabadikannya ke dalam sebuah buku. Jalan itu ditempuh Jacobus Dwihartanto untuk mengawetkan kenangan  tentang putri terkasihnya. Priscilla. Gadis belia yang sedang penuh semangat mengisi hari-harinya dengan beragam aktivitas akademik dan olahraga tiba-tiba divonis penyakit mematikan. Kanker otak.

Dilahirkan pada 14 Mei 1997, kehadiran Maria Priscilla sudah dinantikan oleh kedua orangtuanya, Jacobus Dwihartanto dan Anastasia Caroline Aulia setelah penantian tiga tahun pernikahan. Jacobus menyebut bahwa Priscilla adalah jawaban-Nya yang berbentuk hadiah yang sangat indah, sungguh-sungguh seperti suatu mukjizat bagi dia dan istrinya (hal 15).

Priscilla mampu membawa perubahan besar pada kehidupan orangtuanya. Seperti seluruh rutinitas, prioritas dan arti kehidupan. Ke mana pun kedua orangtuanya pergi baik perjalanan dalam maupun luar negeri, Priscilla selalu diajak. Kebiasaan ini berlangsung sejak Priscilla berusia tiga bulan hingga SMP.

Dalam urusan pendidikan, Jacobus dan Caroline menginginkan agar putrinya tumbuh menjadi manusia kuat dan tangguh, mandiri dan mudah bergaul. Sekolah Santa Ursula di Jakarta dipilih bagi Priscilla untuk mendapatkan pendidikan terbaik disamping nilai-nilai Katolik yang kuat, kedisplinan serta etika yang diharapkan menguatkan kharakter putrinya di masa depan (hal 24).

Banyak kegiatan yang dilakukan Priscilla di sekolah seperti pramuka, voli, melukis, menari dan menyanyi. Setiap ada kegiatan apa pun di sekolah, Priscilla selalu terpilih untuk mengikuti. Dalam bidang olahraga, Priscilla juga memiliki bakat  seperti renang, tenis dan golf.


Sumber foto : Gramedia Pustaka Utama


Priscilla juga dikenal sebagai fashion encyclopedia di sekolahnya. Ini tak lain karena dia memiliki wawasan yang sangat bagus dalam bidang fashion dan penampilan. Secara rutin, Priscilla mengikuti perkembangan mode melalui majalah dan internet.  Penampilannya selalu juga selalu modis dan eye-catching, tidak heran jika ia beberapa kali ikut fashion show (hal 45).

Tak hanya tampil keren untuk dirinya sendiri, Jacobus menuliskan bahwa putri tunggalnya itu kerap mendandani teman-temannya baik tata rias atau tata busana. Priscilla juga tidak pelit untuk meminjamkan barang-barang kesayangannya pada teman-temannya ketika tampil pada acara fashion show di sekolahnya. Singkatnya, Priscilla merupakan gadis aktif dengan banyak prestasi dan potensi serta dikenal baik hati dan penuh kasih pada sesamanya.

Hingga di suatu pagi, dua pekan usai hiking ke Curug Cibeureum, dan setelah sebelumnya liburan natal dan tahun baru (2011) ke Amerika, Priscilla mengeluhkan badannya yang seperti tak bertenaga. Semula keluhan itu dikira efek kedinginan karena berendam di air dingin pegunungan (hal 103).

Keluhan itu kembali dirasakan Priscilla ketika menemani ayahnya bersepeda. Berkali ia jatuh bangun. Keseimbangan tubuhnya terganggu. Tak hanya sekali dua kali Priscilla sambat kondisi tubuhnya. Sepulang live-in di Magelang, kembali dia mengeluh tangan kanannya lemah dan tak bertenaga. Berikutnya, saat Priscilla merayakan ulang tahunnya di bulan Mei 2011, ia merasakan sakit kepala hebat.

Melihat yang dialami putrinya, Jacobus membawa putrinya berobat yang kemudian atas anjuran dokter, Priscilla menjalani scan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Hasil pemeriksaan itu, Priscilla dinyatakan kanker otak. Shock, tak percaya dan kesedihan menjadi satu dirasakan penulis dan istrinya. 

Sebagai orangtua, Jacobus dan Caroline menginginkan pengobatan terbaik untuk putrinya. Maka dipilihlah RS National University Hospital (NUH) Singapura (Juni 2011) untuk ihtiar kesembuhan Priscilla. Tiga orang dokter masing-masing spesialis bedah saraf dan pediatric ontologist yang menangani langsung Priscilla. Sejumlah operasi dijalani putri Jacobus dengan ketabahan dan emosi yang naik turun kedua orangtuanya. Bagaimana tidak, orangtua mana yang tak akan rontok hatinya melihat anaknya keluar masuk ruang operasi dan melihat kenyataan batok kepala anaknya dibuka tutup seperti panci?

Dalam buku setebal 308 halaman ini, Jacobus menulis secara kronologis tentang putrinya sejak lahir, masa-masa sekolah yang menyenangkan sejak TK-SMP hingga saat-saat Priscilla jatuh sakit hingga kematiannya (Oktober 2012). Tak lupa ia juga menuliskan kenangan saat-saat bahagia bersama putrinya. Seperti ketika mendampingi Priscilla kursus menyelam di Bali, jalan-jalan ke luar negeri, dan menikmati beberapa acara menyenangkan bersama keluarga serta sahabat.

Sebagai pasangan pengusaha sukses, Jacobus menuturkan bahwa dia dan istrinya memang memanjakan Priscilla sejak kecil. Tetapi meski demikian, fasilitas serba ada nan mewah itu tentu saja dibarengi dengan menanamkan kharakter baik kepada Prisci. Seperti membiasakan anaknya untuk berbagi dengan orang-orang yang kurang beruntung, tidak pilih-pilih teman dan hormat serta santun pada siapa pun.

Buku Priscilla, My Beautiful Fighter ini juga berisi beberapa tulisan Priscilla semasa hidup baik di buku harian atau blog yang dirajut kembali oleh Jacobus. Tak hanya tentang perjalanan hidup Priscilla saja, di buku ini penulis juga menarasikan bagaimana pergulatan batinnya mendapati putrinya divonis penyakit mematikan. Di sisi lain ia merasa hancur, tetapi berusaha tetap tegar di depan putrinya.  Dalam kondisi perih seperti itu, Jacobus berusaha mendekatkan diri pada Sang Khalik. Ia berdoa sungguh-sungguh memohon ampunan serta kesembuhan Priscilla. Dia juga meditasi, menenangkan diri mencari makna di balik semua ujian Tuhan. Sebagai seorang Ayah dan kepala keluarga, Jacobus tetap menunjukkan kewibawaannya di depan istri dan putrinya. Tak henti pula ia menyemangati Priscilla untuk tabah menjalani prosedur operasi yang dilakukan dokter.

Buku ini dilengkapi banyak foto Priscilla dari bayi hingga remaja. Ada pula kutipan-kutipan kata motivasi dan nukilan ayat dari alkitab. Dilengkapi tulisan orang-orang yang mengenal dekat Priscilla semasa hidup.  Membaca kisah ini tidak hanya sekedar memoar tentang Priscilla saja, tapi sekaligus hamparan motivasi. Dengan lembut buku ini mengajarkan pembaca untuk memercayai bahwa setiap ujian dari Tuhan merupakan bukti kasih cinta Pencipta untuk orang-orang yang dipilih-Nya. Serta bagaimana kedua orangtua Priscilla berusaha menjadi sumber kekuatan bagi anak untuk tegar menjalani rencana Tuhan. (*)



Judul Buku                : Priscilla, My Beautiful Fighter
Penulis                        : Jacobus Dwihartanto
Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan                      : I, Oktober 2018
Tebal                          : 380

ISBN                           : 978-602-03-8571-6

Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang