Tak Ada Mbangkong di Hari Senin


Saya, Lalu dan manajer kami, Isyani sesaat sebelum memulai Konser Literasi. Dok.Pri



TAK ada mbangkong di hari Senin (17/12). Jogja masih pagi buta ketika suara manajer sekaligus tuan rumah kami, Isyani, membuyarkan mimpi saya sejak tengah malam. Agak-agak malas saya membuka mata. Saya lihat pintu kamar kawan saya, Lalu Fatah juga belum terbuka. Dugaan saya, dia masih ngantuk jaya setelah 14 jam ngebus Surabaya-Jogja. He-he-he.

Sahabat yang saya kenal kurang lebih enam tahun lalu itu, punya beberapa kesamaan dengan saya. Selain bernaung di bawah zodiac yang sama dengan tanggal lahir sama pula, kami juga pecinta bus. Alasannya juga nyaris sama. Karena kami sama-sama tak suka diatur-atur oleh transportasi saat akan perjalanan. Kalau naik bus kan bisa menyesuaikan mood. Mau berangkat kapan saja tak khawatir ketinggalan. Satu lagi kesamaan kami yang prinsip : Hobi Mbangkong dan Segan Mandi. Ha-ha-ha.

Baiklah, karena harus menghormati tuan rumah (agak-agak terpaksa sih ya), kami pun ikutan sibuk.  Meski dengan gerakan lambat. Ha-ha-ha. Ya iyalah, kami terbiasa beraktivitas rada-rada siang. Kemudian harus mengisi acara dengan jadwal (menurut kami) sangat pagi, tentu jadi sebuah cobaan eh ujian tersendiri di Jogja yang sebenarnya kota piknik. Ha-ha-ha.

Kami tak sempat berlama rumpi-rumpi, karena manajer kami cukup disiplin. Jadilah kami sarapan selekas mungkin yang ini juga di luar kebiasaan. Saya dan Lalu kebetulan sama. Tak biasa sarapan pagi-pagi. Tapi demi mengingat bahwa jadwal kami di hari Senin itu sangat padat, maka mau tak mau harus sarapan dulu. Ketimbang kami semaput di lokasi.


Dengan gerakan cepat ala Ninja tanpa bayangan, beriringan kami menuju sekolah hijau yang sudah saya datangi sehari sebelumnya. Lalu-lintas agak ruwet pagi itu. Hari yang sebenarnya anak-anak sekolah sudah pada libur. Tentu saja kami juga mestinya prei. Ha-ha-ha.

Tapi teringat, hari itu, perjalanan Konser Literasi 2018 Dimulai!


SD Banyuripan sudah riuh ketika kami bertiga tiba. Ini kunjungan kali kedua bagi saya dan Lalu barengan ke sekolah ini.  Perjalanan literasi kami sebelumnya bisa dikulik di Jadi Artis Sehari dan di Plesir Literasi ke Jogja.


Setelah sejenak ala-ala jumpa fans dengan anak-anak, kami menyapa sohibul hajat : Kepsek SD Banyuripan, Bpk Juwanta M.Pd beserta jajarannya. Selanjutnya, saya dan Lalu menempatkan diri di tenda megah untuk tamu-tamu. Oiya sempat foto-foto juga biar kunjungan kami sah. He-he-he.


Ulang tahun samaan setiap 27 Juni, pecinta naik bus, hobi bangkong dan segan mandi. Dok Pri



Mengapit Kepsek, semoga ketularan jadi Menteri Pendidikan. Dok. Pri


Ya, hari itu sudah dinantikan oleh para siswa dan wali murid. Setelah sekian waktu berjibaku berkarya, saatnya untuk mengenalkan hasil kreativitas mereka. Sebuah buku antologi puisi karya 33 siswa bertajuk Galaksi Banyuripan yang dieditori Lalu Abdul Fatah akan secara resmi diluncurkan.

Saya dapat informasi bahwa sejumlah tamu-tamu penting dari provinsi akan hadir.  Selain  para kepala SD di Bantul. Wah tentu membanggakan banget ya!

Dua pembawa acara naik ke panggung. Saya ikutan berdebar.  Dengan lantang keduanya menyapa hadirin. Selanjutnya dengan suara penuh kekuatan percaya diri, meluncur secara bergantian membawakan acara. Sungguh opening yang membanggakan.  Kemudian disusul parade puisi dari sejumlah perwakilan siswa. Saya dan Lalu bersemangat memberikan tepuk tangan.


Diam-diam hati saya gerimis. Teringat, sehari sebelumnya ketika menemani mereka berlatih "bersuara." Saya yakin, anak-anak ini bisa. Sekali lagi, mereka hanya butuh diyakinkan dan diberi suntikan dukungan. Mereka dipercaya bisa melakukan yang terbaik.

Setelah sejumlah tampilan mengesankan seperti pentas wayang, tarian, karate dan sebangsanya, tibalah nama saya dipanggil oleh pembaca acara. Efek dari bangga dan senang melihat anak-anak tampil demikian manisnya membuat saya ikut bersemangat.



Buku antologi Galaksi Banyuripan ada dalam genggaman saya. Dalam hati, saya katakan, panggung utama ini adalah milik anak-anak. Maka tugas saya hanyalah mengantarkan para penyair cilik ini untuk menunjukkan pada semesta bahwa mereka punya karya.



Bangga bersama karya Galaksi Banyuripan. Dok.Pri


Membawakan acara diskusi buku sudah sering saya lakukan. Tapi hari itu jelas berbeda. Di atas panggung saya melihat mata anak-anak yang dipenuhi kebanggaan. Mereka juga sudah ingin berdiri dengan membawa karyanya.

Berurut saya memanggil mereka-mereka yang akan memberikan apresiasinya pada karya para penyair cilik. Ada editor buku, Lalu Abdul Fatah serta Yudha and The Remora Band. Tak lupa perwakilan para penyair cilik juga saya dihadirkan di pentas.


Bersama mereka yang berkarya. Dok. Pri


Kemunculan para penyair bersama Yudha and The Remora diiringi lagu Guru menambah semarak suasana. Haru dan bangga memenuhi udara Banyuripan.

Yudha, yang juga reporter di harian Tribun Jogja ini dengan bangga mengapresiasi karya siswa. Dia menyebut, bahwa anak-anak harus diberikan porsi banyak untuk berkarya. Dalam bentuk apa pun. Menurut dia, setiap murid memiliki potensi luar biasa. Menjadi tugas guru untuk memotivasi dan menjadi suporter utama. 

The Remora pun senada. Salah satu personilnya, Thomas, bilang, bahwa buku antologi puisi anak-anak adalah karya yang keren. Tak semua orang bisa dan punya kesempatan menulis buku. Dia berharap, anak-anak tetap menjaga semangatnya untuk terus berkarya.


Lalu Abdul Fatah, editor buku dengan antusias berselimut haru menyebut, keseluruhan karya para penyair cilik adalah suara hati kanak-kanak yang penuh nilai-nilai kejujuran, kesungguhan dan optimisme. Dia menambahkan, bukan tidak mungkin bila suatu saat nanti, orang-orang besar di negeri ini adalah anak-anak dari sekolah di tempat terpencil ini. "Sekolah yang menawan, meski jauh dari mana-mana, ada di tengah hutan, tapi inspiratif.  Dengan murid-murid yang penuh talenta," kata penulis yang lahir dan besar di Lombok ini.

Saskia, Rifan dan Laili, perwakilan 33 penyair cilik bilang meski butuh waktu tidak sebentar untuk menulis puisi, mereka bersemangat untuk menyelesaikan. "Kami kepingin punya buku lagi setelah ini," kata Rifan penuh harap.


Ya, saya sendiri tidak heran jika murid-murid sekolah ini punya karya. Karena mereka memiliki teladan dalam karya. Kepala SD Banyuripan, Juwanta  M.Pd, beliau yang saya kenal setahun lalu ini, diam-diam ternyata seorang penulis. Ada belasan karya bukunya berupa Geguritan Jawa. Belum lagi tulisan-tulisan lain yang tersebar di sejumlah media ternama.

Teringat sebuah petikan dari sebuah buku yang pernah saya baca, "Jadilah teladan, berilah contoh pada orang lain. Maka yakinlah, mereka bisa melakukan bahkan lebih baik dari yang pernah kamu kerjakan."




Kegembiraan kami menjadi saksi lahirnya karya anak-anak matari. Dok. Pri


Sebagai pendidik, Pak Juwanta yang low profile ini sudah memberikan inspirasi bagi anak-anak didiknya untuk berkarya.  Tabik dari saya untuk beliau (menunduk ala-ala orang Jepang memberi penghormatan).


Serta tentu saja tidak lupa dukungan dari guru-gurunya juga. Salah satunya siapa lagi kalau bukan manajer kami. Ha-ha-ha. Apalah kalau tak ada dirinya. 

Puncak acara ditandai dengan penandatanganan sampul buku antologi oleh Kepala LPMP Provinsi DIY, Ibu Dr Sardjilah, Kepala SD Banyuripan, Bapak Juwanta M.Pd, perwakilan para penyair cilik, editor dan Yudha and The Remora.

Selanjutnya, kami bersenang-senang dengan sejumlah lagu anak-anak asyik yang dibawakan oleh Yudha and The Remora. 

Senin yang takkan terlupakan bagi saya bisa menjadi saksi karya anak-anak. Kebanggaan bagi kami dan semesta berada bersama mereka yang menginspirasi. Tetap bersinar anak-anak matari!



Ceria, Berkarya dan Menginspirasi. Dok. Pri




Literasi untuk Semua. Dok. Pri


33 Penyair Cilik Membanggakan. Dok. Pri




Sepanggung bersama mereka yang punya karya. Dok. Pri




Bangga punya karya. Dok. Pri



Publikasi media Harian Surya, Kamis, 10 Januari 2019 ditulis Saskia Ismala Dewi.



Foto-foto : Peluncuran Buku Antologi Puisi Galaksi Banyuripan.


--
Usai acara, kami bisa bernafas lega. Saatnya lanjut acara piknik, yiha!!!
Kapan kami ke mana?


--

Tetap ikuti blog saya, karena masih ada banyak unggahan baru yang sayang bila dilewatkan.











Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Kulineran Ikan Dorang

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia