Akhirnya, Punya Ikan Beneran



Akuarium hijauku. Dok. Pri


SETELAH sebelumnya hanya memasang lukisan ikan, akhirnya, cita-cita saya sejak kapan tahun terkabul juga. Punya akuarium bulat dengan ikan lucu, tentunya. Sederhana banget ya, cita-cita saya? He-he-he.


Kata Sahabat baik saya, memelihara ikan dalam akuarium banyak manfaatnya. Apalagi kalau sehari-hari di depan laptop, menulis dan mikir. Butuh sesuatu untuk menetralisir supaya jiwa raga tetap tenang dan seimbang. Harmoni. Melihat ikan akan memberi nuansa berbeda

Iya, bener juga! Jadi ingat, dulu sekali, saya suka membayangkan punya akuarium kecil yang ada lampunya, lalu ada suara gemericik air. Malam-malam, lampu kamar dimatikan, maka hanya melihat cahaya dari dalam akuarium dan ikan yang lagi kejar-kejaran seperti tidak ada capeknya. Sambil menunggu kantuk, membayangkan banyak hal yang bagus-bagus ; Jalan-jalan menjelajah semua sudut Tokyo, ngopi-ngopi cantik di Laos, bersantai di salah satu penginapan yang menghadap laut di Santorini, Yunani. He-he-he.


Pernah, bilang suami minta dibelikan akuarium, tapi katanya, nanti saja kalau saya sudah yakin mau memelihara ikan. Secara kan sering pergi-pergi dan tidak ada orang di rumah.
Ada betulnya juga. Kami sering tidak di rumah. Betapa kasihannya si ikan kalau tak ada yang "ngopeni."

Akhirnya, terlupakanlah cita-cita itu. Sampai tadi siang. Setelah melalui "perenungan panjang" dan mendengar masukan seseorang, saya jadi yakin mau memelihara ikan di dalam akuarium.


Sempat "bertentangan" batin sih, secara saya tidak suka melihat hewan di dalam sangkar. Makanya, saya tidak suka ke kebun binatang dan sebangsanya. Tempo hari, waktu pulang ke Bali, melihat koleksi burung piaraan Mama, saya sempat usul, agar burung-burung itu dilepaskan saja.

Selain waktu itu saya sempat "terganggu" juga dengan suara kicaunya, secara ada banyak burung dan pada serempak bunyi semua. Rasanya "berisik" banget. He-he-he.

Tapi kata Papa saya, burung piaraan kalau dilepas di alam bebas, lebih kasihan lagi, bisa-bisa stres. Baiklah, saya mengalah dan berhenti mengusulkan untuk melepas burung-burung koleksi Mama  dan Papa saya. Toh hari-hari saya juga tidak tinggal di rumah Bali. Burung-burung itu menjadi semacam "klangenan" bagi beliau berdua.

Balik lagi ke akuarium dan ikan. Sore-sore tadi, saya bilang lagi ke suami, untuk beli akuarium sama ikannya. Eh dia malah mengusulkan piara kucing saja. Secara itu hewan favoritnya sejak kecil. Semenjak nikah dengan saya, doi mengalah tidak lagi memelihara hewan berkaki empat itu lagi. Karena saya phobia kucing. Sebenarnya, tidak hanya kucing saja saya takut. Sama ayam juga takut. Kalau ada ayam tetangga yang main-main ke ruang cuci, saya teriak-teriak histeris. Hi-hi-hi.

"Nanti kita jalan-jalan lihat akuarium," putusnya. 

Baiklah, usai Mahrib tadi, saya "tagih" doi untuk menepati janji. 

"Lho, harus sekarang tah?" Tanyanya sambil main games.

"Iyalah, pinginnya sekarang, kalau besok sudah berubah pikiran," kata saya kalem.

"Kupikir masih besok-besok saja," jawabnya lalu mengikuti saya siap-siap pergi.

---

Akhirnya, pergilah kami ke toko akuarium satu-satunya yang tak jauh dari rumah kami. Langsung saja nanya ke Mas yang jual, apakah punya akuarium model bulat ?

Dia mengajak saya ke belakang toko dan memerlihatkan akuarium bulat ukuran jumbo. Saya menolak. Saya mintanya yang ukuran kecil. Karena sebelumnya, sempat lihat di internet, ada yang ukuran 1,5-2 liter gitu.

"Ini yang paling kecil, tujuh liter," kata Masnya sambil menunjukkan ukuran lain yang disebutnya paling kecil dari yang pertama dia tunjukkan.

"Kasih alat yang bisa buat gelembungnya ya?" Pinta saya. Sementara suami memilih-milih ikan yang cocok untuk dimasukkan ke dalam akuarium yang kayak toples ini.

"Sekalian beli makanannya, sama kasih batu-batuan ya dikit aja, buat bonusnya, biar gak sepi akuarium saya," si Masnya iya-iya saja. Lalu, diambilnya seplastik batu-batuan yang dominan warna hijau. (Tahu saja si Masnya ini kalau saya suka warna hijau).

"Batunya itu beli hun," bisik suami. Lah, pikir saya minta dikit saja, soalnya di toko ada batu-batu yang "berserakan" gitu. Eh malah diambilkan yang satu paket. He-he-he.

"Batunya saya kasih bonus," kata Masnya sambil tersenyum ke arah saya. Kali kasihan lihat muka saya udah kepengin punya akuarium beserta ikannya.

Tak sampai sepuluh menit, acara beli akuarium beserta isinya kelar. 

"Ke mana nih kita?" Tanya suami. Karena biasanya saya ngajak jalan-jalan dulu. 

"Langsung pulang saja, kasihan ikannya kalau diajak jalan-jalan, nanti mati," kata saya sembari membayangkan si ikan dalam plastik yang dikasih karet.

Sempat kepikiran, dua ekor ikan yang saya bawa bisa bernafas apa tidak?

"Gak apa-apa, ikannya kuat kok," suami menenangkan saya karena sepanjang jalan saya "menyoalkan" kenapa penjualnya bungkus ikannya begitu?

Dari tukang akuarium, sempat mampir sebentar beli pangsit dan berharap antrinya tidak lama. Karena saya sudah cepat-cepat mau nyampe rumah.

Tiba di rumah, suami yang terlihat semangat untuk ngopeni akuarium saya. Sedangkan saya? Justru pingin makan. Ha-ha-ha.

Akuarium bulat itu dibawa ke kamar mandi dan dicuci bersih oleh suami. Lalu, dia mengisinya dengan air galon.

Dalam hitungan menit, dua ekor ikan sudah masuk ke dalam rumah barunya. Sementara saya memilah batu-batu yang mau saya masukkan ke dalam akuarium.

Sengaja, hanya batu yang berwarna hijau saja yang saya masukkan. Tentu saja, karena saya suka hijau. Tadinya, malah berharap dapat ikan warna hijau juga. He-he-he.

Lalu, dengan cekatan, suami menyetting alat untuk menciptakan gelembung di dalam akuarium.
Sementara saya tak kalah semangat, memasukkan banyak makanan ke dalam akuarium.

"Lho, kok banyak banget ngasih makannya? Gak gitu cara ngasih makan ikannya. Stres nanti ikan-ikanmu," berkata begitu suami mengambil alih pakan ikan di tangan saya. Lalu, meminta tolong saya untuk mencari alat buat mengambil makanan yang kebanyakan di dalam akuarium.

"Masa ngasih makannya dikit? Kan tadi habis diajak jalan-jalan, ikannya perlu banyak makan," kilah saya.

"Iya kalau kamu, makannya banyak. Kalau buat ikan ngasih makannya dikit-dikit saja. Ini menyimpan pakannya juga harus bener, biar gak hilang vitamin dalam makanannya."

"Nanti alat gelembungnya jangan dipasang terus, kasihan ikannya gak bisa tidur," lanjut suami sambil memandangi ikan-ikan mas koki yang sedang beradaptasi di dalam rumahnya.

Eh ternyata suami suka juga melihat ikan-ikan saya.

"Mejanya kurang tinggi. Harusnya tinggi dikit biar eye level, jadi ikanmu terlihat, gak pakai duduk dulu biar bisa lihat ikan," katanya lagi.

"Nanti kapan-kapan tak belikan ikan koi buat teman," ujar suami yang juga senang melihat istrinya yang gokil ini akhirnya kesampean cita-citanya.

Mulai hari ini, saya punya kawan ketika "kerja" di rumah. Akuarium beserta ikannya, saya letakkan di meja kerja tempat saya biasa menulis. Mudah-mudahan ikan-ikan ini kerasan "ikut" saya. 

Teman-teman punya hewan peliharaan apa nih??











Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang