Relasi, Aset Berharga Kita


Catatan ini sudah pernah saya unggah di official blog cristalindonesiamanajemen.multiply.com, dan saya posting ulang di catatan facebook pada 10 Januari 2012.


Sohib jaman kuliah, bisa jadi patner bisnis sekaligus partner in crime jalan-jalan. Relasi. Dok. Pri



RELASI, sebuah istilah untuk menyebutkan teman, kolega, maupun rekanan bisnis. Kerap kita dengar sehari-hari dalam pergaulan. Meski secara makna, berarti suatu hubungan, namun, dalam perbincangan, jika disebutkan kata ”relasi” semua orang seolah mafhum, untuk memberikan arti sebagai ”koneksi”.

Di era sebelum reformasi, ”koneksi” kerap diidentikkan dengan ”nepotisme”. Sebuah istilah yang sejujurnya sangat ”politis” dalam suatu hubungan. Terutama jika itu berkaitan dengan pejabat atau petinggi, pesohor maupun public figure yang memiliki jabatan strategis di negeri ini. Maka, ketika dalam ”pertemanan”, seseorang kerap berkata ”relasi saya....”, lawan bicara akan mengidentikkan relasi yang bersangkutan merupakan seseorang yang memiliki ”posisi” penting.

Berbicara mengenai relasi, saat ini ternyata masih sangat relevan. Betapa tidak, relasi ternyata menjadi bagian penting dalam nadi kehidupan. Terutama berkaitan dengan masa depan. Lho kok? Ya, relasi bahkan menjadi salah satu aset tak ternilai yang ”ikut” andil dalam perjalanan karir profesional, baik pribadi maupun institusi. Bahkan, bagi institusi, lembaga, maupun organisasi, relasi menjadi tolak ukur keberhasilan. Semakin banyak relasi, dipastikan, karir maupun bisnis akan mendapatkan kemudahan. Sebagai contoh, perusahaan jasa, makin banyak kenalan, maka tidak sulit bagi lembaga tersebut untuk ”menjaring” klien. Begitu pula dengan company yang menjual produk, jika marketingnya memiliki banyak teman, dia tidak akan kesulitan ke mana akan memasarkan barang atau mencari peluang pasar.

Lalu siapakah yang disebut relasi itu? Apakah mereka yang memiliki posisi penting dalam pemerintahan atau perusahaan? Atau public figure? Atau siapa? Bagi saya, yang disebut relasi, adalah siapa saja mereka. Entah pejabat, pengusaha, artis, dosen, wartawan, satpam, pedagang, tukang tambal ban, tukang sampah, penjaga warnet, dsb. Ber-relasi dengan pejabat, tentu saja punya banyak manfaat. Entah apakah diberikan kemudahan dalam birokrasi atau privelege lainnya yang ”melancarkan” bisnis kita.

Tapi, jangan salah, tukang parkir pun relasi tak kalah berharga. Saya masih ingat, ketika menjalani karir di salah satu company di Bali, salah satu tugas saya adalah me-maintance salah satu outlet. Suatu saat, dalam satu hari, saya bisa mondar-mandir ke satu tempat itu lebih dari lima (5) kali, kebetulan saat itu sedang ada event. Bisa dibayangkan, jika saya tak kenal dengan penjaga parkir outlet itu, berapa rupiah saya harus keluarkan hanya untuk membayar ongkos parkir. Meskipun di-reimburse kantor, namun karena akrab dengan penjaga parkir, saya hanya cukup melambaikan tangan saja. Dan si petugas mafhum, bahkan setiap kali saya bertandang ke tempat itu, saya sudah punya tempat parkir khusus tanpa bayar.

Rekan hebat, bagi anda yang saat ini sedang menempuh studi di kampus, jangan sia-siakan kesempatan untuk ”mengumpulkan” koleksi relasi sebanyak mungkin. Jangan pernah membatasi diri untuk ”bergaul” dengan siapa saja. Koleksi sebanyak mungkin kolega sebelum anda lulus.

Dimana mereka, calon relasi itu? Mereka ada di sekitar kita. Mereka bisa dosen tamu, pembicara seminar, teman chatting, musisi jalanan yang kita temui di Sunday morning UGM, security kampus. Mereka bisa teman baru yang kita kenal di perpus kampus sebelah, penjaga warnet, waiter cafe atau manajer hotel. Mereka juga bisa seorang sopir pejabat daerah, caleg, wartawan atau siapa saja. Pastikan relasi-relasi itu anda ingat, minimal nama dan profesinya. Pastikan juga minimal anda punya nomer chatting room sekedar me-remind bahwa kalian pernah bertemu.

Saya yakin, dari relasi-relasi yang anda ”koleksi”, anda maintenance dan jadikan teman itu, satu hari akan menjadi saviour bagi anda. Entah apakah darinya anda akan mendapat informasi job? Atau kenalan anda bersedia menjadi pembicara dalam event tanpa fee alias gratis? Atau anda memeroleh kesempatan untuk wawancara dengan public figure dengan segala kemudahan dsb. Pepatah bijak pernah mengungkapkan, banyak teman, banyak rejeki. Mari kita percayai, bahwa relasi yang kita miliki adalah salah satu karunia Tuhan yang sangat berharga. Karena siapa tahu, Tuhan membukakan pintu kemuliaan dan kemudahan melalui orang-orang yang kita kenal. *

 Yeti Kartikasari*
Jogja, 30 Januari 2009 gedung CIM
*Penulis, Public Relations Manager di Cristal Indonesia Manajemen (CIM) Professional Career Development, Jogjakarta

Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Kulineran Ikan Dorang

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia