"Piknik " di Ruang Baca



Bercumbu dengan buku. Dok. Pri

AKHIR pekan ini sudah saya niatkan tidak ke mana-mana. Tanggal tua. Hemat tenaga. Karena minggu berikutnya, jadwal saya lumayan padat. Urusan mengajar, kunjungan dan pelatihan, seputar itulah.

Maka, seusai belanja dan menyiapkan logistik tadi pagi, saya berdiam di ruang baca. Buka youtube stel musik, mengecek laman media sosial dan membaca beberapa halaman buku.


Leyeh-leyeh di ruang baca, sendiri. Dua orang laki-laki di rumah hijau sedang ada urusan masing-masing. Papa saya pergi menghadiri reuni kawan-kawan lamanya, sedangkan hubby kerja bakti di masjid dekat rumah.  Tukang yang lagi renovasi juga libur. Rumah terasa tenang. 

---

Saya memandangi tumpukan buku yang belum sempat saya rapikan dan tidak akan pernah rapi, selama saya masih  suka membaca dan hubby masih menggunakannya sebagai referensi. He-he-he. Akhirnya terbersit ide untuk "bersih-bersih."

Iya, sudah lama saya tidak menyentuh buku-buku di ruang baca. Biasanya secara rutin, entah tiga atau lima bulan sekali, saya membawa buku-buku saya ke beranda. Saya jemur sambil diperiksa satu-satu halamannya. Biasanya, halaman buku suka lembab, kalau sudah lama tidak dibuka. Maka menjemurnya adalah salah satu cara merawat buku dari kelembaban.

Tapi, karena hari ini cuaca mendung, dan lagi beranda dan halaman rumah saya acak adut karena renovasi belum selesai, maka saya cukup membersihkannya di dalam ruang baca.

Saya ambil tisu kering, saya usap debu-debu yang menempel di sampul depan dan belakang. Bagian atas, samping dan bawah juga saya usap, karena biasanya di bagian-bagian tersebut banyak debu.


Tidak lupa saya membuka halaman-halamannya. Memeriksa kertasnya yang juga sering dihinggapi debu. Tak pernah ketinggalan, saya baca juga halaman pertama buku tersebut.

Sebagian besar buku saya ada catatan dengan tulisan tangan. Entah tulisan saya atau dari penulis buku atau dari orang yang menghadiahi saya.



Halaman pertama sebuah buku. Ada jejak cerita. Buku-buku hadiah Abang Fidelis R Situmorang selalu ada catatannya. Dok. Pri


Saya baca ulang, dan mengingat-ingat peristiwa apa yang saya alami ketika membeli atau memeroleh buku tersebut. Percaya tak percaya, bagian ini terasa sangat sentimentil ketika bercumbu dengan buku. Sama, ketika mengusap sampulnya dengan tisu. Seperti sedang melepas rindu dengan kejadian-kejadian di hari-hari dulu. Seperti diajak pesiar ke masa lalu. 

Saya memang suka menandai momen dengan buku. Dulu, waktu masih kuliah atau kerja di perusahaan, saya suka beli buku ketika patah hati atau sedang stres karena pekerjaan. He-he-he.

Tapi sering juga ketika jatuh cinta, saya pergi ke toko buku dan beli satu dua buku yang sekiranya isinya mewakili perasaan saya. He-he-he. Bagaimana situasi hati saya ketika membeli buku tersebut, akan terbaca pada catatan yang saya tulis di halaman pertama.

Ketika masih pedekate dengan  gebetan (sekarang jadi suami), kami menandainya dengan buku. Pun ketika sudah menikah, suami kerap menghadiahi saya buku. Biasanya untuk mengingat dan merayakan  momen-momen penting menurut kami, seperti ulang tahun saya atau ulang tahun pernikahan kami.


Buku pertama hadiah dari gebetan (sekarang suami), sembilan tahun lalu. Dok. Pri

Balik lagi ke bersih-bersih buku. Biasanya, kalau sudah dijemur atau diusapi tisu, saya akan meletakkan pewangi baju di antara jejeran buku-buku yang sudah dirapikan ulang. Ini untuk mengusir ngengat dan bala kurawanya. 

Saya sudah lama tidak meletakkan buku di rak atau lemari buku. Lebih suka menaruhnya di bawah, dialasi karpet. Sehingga siapa saja bisa membacanya, dengan duduk santai lesehan tanpa harus berdiri menggapai-gapai buku di atas rak yang tinggi.

Ini seperti konsep rumah dan ruang baca saya yang meminimalkan barang-barang besar. Biar tidak sumpek.

Kalau sudah dapat buku, bisa baca sambil nyandar di tembok atau leyeh-leyeh tiduran di atas alas tidur yang saya sediakan. Ha-ha-ha. Ini sih saya banget.  Mau baca atau tiduran ya? Jadi absurd. He-he-he.

Bagi saya, menyentuh buku, mengusap debu-debu yang menempel, membolak-balik halamannya, terkadang menjemurnya ke luar, tak lain sebagai piknik tersendiri. Barangkali sama dengan orang yang memasak begitu ya? Sibuk menakar bahan, mencampur bahan ini itu, mencicipnya lalu memanggangnya kemudian menyajikan di atas meja. Atau seperti mereka yang suka window shopping ke mall. Jalan-jalan mengitari semua sudut mall, melihat ini, itu dan membandingkan harganya. 

Ya, karena saya tak hobi ke mall, tak punya passion di dapur, maka ini kesenangan saya.

Kalau sudah sibuk di ruang baca, saya bisa betah berlama-lama. Paling-paling saya minta tolong suami kalau pas doi ada di rumah untuk membantu mengangkat buku-buku ke tempat yang saya mau. (Saya sudah lama menghindari "usung-usung" . Bekas jahitan di perut saya, tidak bisa untuk kerja berat).

Saat piknik di ruang baca ini, saya akan tahu, ada buku saya yang ketlisut, ada yang masih dipinjam kawan belum balik, dan lainnya. Kalau dulu, ketika tahu ada buku tidak ada di tempat karena dipinjam dan belum kembali, saya akan berusaha mencari dan mengingat-ingat siapa yang meminjam. Sekarang? Sudah tidak.  Saya yakin, buku saya ada di tangan orang yang tepat. 


Sebentar lagi, buku-buku ini akan punya rumah baru. Ruang baca akan relokasi ke salah satu ruang yang lebih luas di rumah kami. Ruang sementara juga, karena tahun depan, kami akan membuat perpustakaan  yang lebih representatif, yang lokasinya di halaman depan. Sehingga bisa diakses lebih banyak orang. 


Baiklah, mari piknik lagi. Ketika catatan ini dibuat, acara "piknik" di ruang baca belum tuntas. Masih banyak buku yang belum mendapatkan sentuhan tangan saya. Ada yang mau bantu?



Dirapikan ulang biar mudah mencarinya. Dok. Pri


















Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang