Memburu Sunset di Canggu

Sunset di Pantai Canggu. Dok : Pribadi.
Menikmati Senja. Dok : Pribadi.

CANGGU adalah pantai yang sudah masuk dalam agenda saya untuk dikunjungi bersama suami. Selain letaknya tidak terlalu jauh dari rumah di Tabanan, juga ingin suasana baru. Biasanya kami paling betah nongkrong berlama-lama di Pantai Kuta.

Sepekan usai lebaran, akhirnya kami sepakat piknik tipis-tipis ke pantai yang terletak di Desa Canggu Utara, Kuta ini. Dengan naik sepeda motor kami melaju menyusuri rute terdekat dari rumah. Yakni melewati jalur menuju Tanah Lot, lalu masuk Bypass Tabanan-Kuta. 

Kami berangkat sekitar pukul 16.00 WITA,  meski menjelang senja, namun matahari masih terik-teriknya. Jalan-jalan di Bali itu rasanya beda. Sepanjang perjalanan, banyak hal-hal menarik yang bisa dilihat dan diabadikan melalui lensa kamera. Seperti iring-iringan orang berangkat ke pura atau menghadiri upacara adat, Ibu-ibu berbaju adat yang sedang menyuguhkan sesaji di depan gerbang rumahnya atau suara belaganjur yang ditabuh rancak dari wantilan.  Apalagi jalur yang kami lintasi adalah pakraman atau desa adat yang menyuguhkan eksotika tersendiri.

Selepas Desa Beraban-Kediri, kami mengambil jalur kecil melintasi desa sebelum akhirnya masuk jalan raya Bypass Tabanan-Kuta. Di sepanjang jalan yang relatif tidak terlalu padat ini, ada beberapa pantai yang bisa disinggahi, seperti Pantai Nyanyi dan Berawah. Semuanya satu garis pantai dengan Tanah Lot dan pantai-pantai lain  di selatan Bali.

Penunjuk jalan terpasang di mana-mana sehingga memudahkan pelancong pemula yang ingin jalan-jalan tanpa pemandu. Sebenarnya, jalur ini meminjam istilah suami, adalah "jalur nostalgia" saya. Sebab, beberapa tahun lalu, nyaris tiap hari saya melintasi jalan ini untuk pergi-pulang ke tempat kerja. Hanya bedanya, dulu saya tak sempat piknik-piknik dengan bahagia. Ha-ha-ha Ups!

Akhirnya tiba juga di persimpangan jalan menuju Pantai Canggu. Kami belok kanan dan kembali menikmati jalan desa yang beraspal mulus tanpa hambatan. Sepanjang kanan-kiri adalah sawah, rumah-rumah penduduk, dan penginapan. Kawasan ini memang jauh berubah. Dulu, masih banyak sawah-sawah tetapi sekarang sudah jauh berkurang. Makin jauh ke blusukan ke desa menuju pantai, yang kami temui adalah dereta kafe-kafe, persewaan papan surfing,  money changer, toko-toko suvenir, hotel, vila dan apartemen. Desa ini sudah menjelma menjadi desa internasional. Apalagi banyak bule-bule bersliweran, baik yang jalan kaki atau mengendarai motor. Namun, suasananya tak sehiruk pikuk seperti di Legian dan Seminyak. 

Kami juga sempat memerhatikan sejumlah plang tanah yang dijual atau disewakan. Wow! Harga properti di daerah ini melejit dengan angka yang fantastis. Ada tanah seluas dua (2) are atau 200 M2 yang dijual dengan harga 2,7 Miliar. Daerah Canggu sudah menjadi kawasan elit nan mahal yang menjadi tujuan investasi bagi para pemilik uang berlebih. 

Selain menyuguhkan panorama epic, Canggu juga menjanjikan kenyamanan dan ketenangan. Laundry, barber shop, ATM berbagai bank dan swalayan bertebaran di sini. Tak perlu jauh-jauh keluar desa untuk mengakses fasilitas. Belum lagi deretan resto dan warung yang menyajikan berbagai menu baik lokal maupun selera internasional.  Komplit.

Tiba-tiba saya ingat, salah satu artis yang kerap saya intip IG-nya, Happy Salma, yang menikah dengan pria Bali, kabarnya juga memilih tinggal di Canggu. Mungkin di salah satu deretan villa mewah yang sempat saya lihat saat perjalanan. He-he-he.

Sampai juga kami di tepi Pantai Canggu. Suami memarkir motor di seberang kafe. Suara ombak terdengar memecah senja yang sebentar lagi tiba. Turis-turis bersliweran, ada yang menenteng papan seluncur, ada juga yang memilih menunggu matahari tenggelam sembari minum soft drink dan bir di bibir pantai. 

Saya tak melihat bus wisata atau kendaraan roda empat parkir di kawasan ini. Memang, tak seperti Pantai Kuta, Sanur atau Pandawa, tempat ini boleh dibilang tidak menjadi tujuan wisata bagi pelancong lokal. Saya amati, tak ada pelancong lokal di pantai ini selain kami berdua. 

Segera saja saya mencari tempat strategis untuk menyaksikan senja pulang. Ada bangunan sepertinya bekas bar yang sudah tutup di dekat kami parkir motor. Lumayan, kami tak perlu menuruni tangga batu ke pantai. Memang, dari awal tak ada niat main-main air. Akhirnya kami duduk di balkon bekas kafe  yang berdiri di atas tebing batu di bibir pantai. Sekejab saja, suami sudah asyik menyalakan  handycam di tangannya. Kami pun larut dengan kesibukan mengabadikan matahari tenggelam.

Momen matahari tenggelam di Pantai Canggu, menurut referensi, disebut-sebut memang sangat cantik dibanding di tempat lainnya. Itulah kenapa, CNN sempat menobatkan Pantai Canggu sebagai salah satu dari 100  pantai terindah di dunia.

Memang benar, sunset di tempat ini berlangsung dramatik dan puitik. Hi-hi-hi. Setidaknya yang sempat ditangkap oleh lensa kamera kami. Setelah panas terik, tiba-tiba awan berkumpul di atas pantai, seperti mengerumuni matahari. Lalu, pelan-pelan matahari turun seolah hendak mencium ombak. 

Dalam hitungan menit, langit berubah dari terang benderang pelahan memerah, abu-abu dan memendarkan warna oranye seiring matahari yang akhirnya larut (seperti) digulung ombak. Lenyap.

Setelah puas menikmati suasana sekitar, kami kembali memacu motor meninggalkan Pantai Canggu menuju kawasan Kuta. Jalur yang kami lintasi berbeda dengan saat berangkat. Tiba-tiba saja, suami ingin mengikuti turis-turis yang juga motoran seperti kami. Ternyata, mereka menuju ke arah Kuta namun melewati jalan alternatif yang menawan, yakni sawah-sawah dan perbukitan di sekitar Canggu. Pemandangan sepanjang area ini ternyata lebih asyik. Kami menjumpai tempat ngopi ternama di tengah sawah, lalu ada deretan kafe mini dengan desain interior unik, butik lucu dan resto-resto cantik yang dibangun apik dengan pemandangan areal persawahan. Benar-benar memanjakan mata. "Turis-turis itu tahu aja, ada jalan-jalan kecil gini," komen suami sambil nyetir motor. 

Tak hanya itu, turis-turis bersepeda mini juga banyak kami jumpai. Mereka sepertinya sengaja blusukan sambil berolahraga. Kapan ya saya dapat hidayah berolahraga? He-he-he.


Menikmati suasana Canggu, rasanya tak akan ada bosannya. Jika teman-teman berlibur ke Bali, jangan lupa main-main ke sana. Dijamin akan jatuh cinta!













Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang