Santap Kuliner Halal di Bali

PIKNIK dan kuliner adalah satu kesatuan. Tidaklah sah suatu perjalanan tanpa mencicip penganan khas tempat yang kita kunjungi. Begitu pun jika kita dapat lemparan oleh-oleh makanan daerah dari teman yang baru pulang nge-trip, rasanya lebih mantap jika kita makan langsung dari tempat asal penganan tersebut. Heheheheh. Intinya, jalan-jalan harus dibarengi dengan kulineran.

Nah lo! Apa kabar kalau kita plesiran ke Bali ya, di mana kulineran khas sana sebangsa bab* guling, sate bab*, iga bakar bab*, dan lawar (ada yang dari darah), tentu saja kita yang muslim tidak boleh icip-icip. 

Jangan khawatir, tahun-tahun terakhir banyak resto halal (di luar resto cepat saji  yang sudah berlabel halal ya..) ekspansi di  pulau dengan mayoritas penduduk penganut Hindu ini. Sebut saja, salah satunya  Ikan Bakar Cianjur  (IBC) yang sudah kondang gulindang. Terus resto Padang yang sudah pasti halal, bertebaran nyaris di setiap sudut pulau Bali. Ini saya buktikan ketika mengunjungi sejumlah kota di Bali saat plesiran, baru-baru ini. Di Denpasar, jumlah warung Padang tak dapat dihitung dengan jari saking banyaknya. Lalu di Tabanan juga ada, di Klungkung, Bangli, Karangasem dan Singaraja juga bertebaran. Luar biasa ekspansinya!

Persebaran depot Padang, rasanya sama dengan banyaknya warung lalapan ala Banyuwangi, sate kambing/ayam Madura dan bakso serta mie ayam dari Wonogiri. Setidaknya ini hasil survei kecil saya secara acak dan sedikit ngaco. Tetapi, memang benar sih, sepanjang jalan mau ke mana saja, makanan-makanan macam ini bisa kita temui di seantero Bali. 

Bagi kita yang muslim, soal makanan harus hati-hati. Sebaiknya memang teliti sebelum masuk ke warung. Jangan asal main embat dengan alibi lapar. Karena sebenarnya jika kita tidak malas cari informasi, untuk mengidentifikasi halal tidaknya sebuah tempat makan itu mudah.

Yang saya perhatikan adalah sejak masuk pulau Bali dari pintu gerbang Pelabuhan Gilimanuk, depot-depot yang menyediakan menu halal terpampang jelas. Terbaca dari plang, spanduk dan banner di depotnya. Seperti ; Warung Muslim Madina yang bisa kita temui di Jembrana. 

Di kota-kota lain di Bali juga demikian. Selalu ada tulisan Warung/Depot Muslim bla bla bla disertai tulisan halal.

Saya sendiri setiap pulang ke Bali, jajannya memang tak jauh-jauh dari selera makanan Jawa/Padang/Sunda. Hehehehe. Kalau pun ingin mencicip menu macam ayam-ayaman, saya pastikan dulu itu keluaran depot muslim.


Ikan Bakar Cianjur di Denpasar. Dok : Ambil di Net.

Warung Nikmat, Kuta.  Dok : Ambil di Net.

Kerap, saya suka ditanya teman-teman yang plesiran ke Bali, makan halal di mana ya?

Jika teman-teman menginap di area Denpasar, cobalah menyusuri sepanjang jalan Teuku Umar. Di sana, puluhan depot yang mengusung makanan khas dari tanah air ada. Seperti; Soto Surabaya,  Nasi Uduk Kebon Kacang, Depot Padang, Warung Sate Madura, Sop Konro/Cotto Makasar, Resto Manado dsb. Tinggal pilih saja mau makan apa?  

Masih di kawasan Teuku Umar, tapi masuk jalan Nusa Kambangan (jalan ini ada di belakang Pizza Hut), bisa kita temui Pujasera yang menyatu dengan toko oleh-oleh Erlangga. Ada deretan gerobak menyajikan banyak  menu. Tiap gerobak ada tulisan halal : Ayam lalapan, bakso/mie/cwie mie, aneka soto, siomay/batagor, nasi goreng, sate dsb. Harga per porsi rata-rata 20 ribu rupiah. Tempatnya lumayan untuk bersantap sembari melepas lelah setelah puas cuci mata.

Jika teman-teman tinggal di kawasan Kuta, ada banyak tempat makan enak. Di antaranya RM Padang (lupa nama tepatnya), terletak di pojok perempatan Jalan Raya Kuta-Bandara Ngurah Rai (Berseberangan dengan patung Dewa Ruci). Depot itu juga bersebelahan dengan warung sate kambing. Dulu, saya kerap makan di dua tempat tersebut. Harganya agak mahal sih, secara di kawasan wisata, tapi sesuailah. Ada harga ada rasa. 

Masih di Jalan Raya Tuban, Kuta, deretan depot halal seperti Pecel Bu Tinuk, RM Padang (lagi), serta warung yang menyajikan aneka nasi pedas. Terus terang, saya sendiri belum pernah menjajal makan nasi pedas. Jadi tidak bisa merekomendasikan. 

Kalau sedang berada di kawasan tersebut, saya lebih suka melipir ke Warung Nikmat di Jalan Bakung Sari Gang Biduri 6 A. Ancer-ancernya, jika dari depan Joger, Kuta, jalan sejauh 100 M ke utara, ada gang di pertigaan (sederet dengan warung nasi pedas Bu Andika), nah masuk saja di gang itu. Jalan lurus sejauh 200 M, akan terlihat depot bercat hijau, pas di pojokan. Menu yang disajikan di Warung Nikmat yang pemiliknya dari Batu, Malang ini beragam, ada rawon, soto, aneka lalapan, macam-macam olahan ayam dan ikan, bakmi, sambel goreng, aneka sayur,  empal, dsb. Harga per porsi mulai 18-30 ribu rupiah.

Berseberangan dengan Warung Nikmat, ada Warung Sate Kambing dan Sapi Madura, tepat di tikungan. Tempatnya memang sangat sederhana dan terbilang kecil. Meski begitu, pembeli keluar masuk. Selain penduduk lokal, sering juga para turis makan di tempat ini. Beberapa kali saya sempat mampir ke tempat ini. Untuk dua porsi sate sapi, dua piring nasi dan semangkok gulai sapi plus dua gelas es teh, cukup bayar sekitar 70 ribu rupiah. Lumayan murah. Mengingat, harga daging juga mahal.
Sepasang turis Belanda juga makan di Warung Nikmat. Dok : Pribadi

Nasi campur Warung Nikmat, Kuta. Ayam rica-rica, oseng sawi, bakmi, sambal goreng kentang hati, nasi hangat. 18 ribu rupiah. Dok :Pribadi


Lalu, jika kebetulan pikniknya di seputaran Kuta/Seminyak, bisa meluncur ke Pasar Senggol Kuta. Ada banyak warung Banyuwangi yang jual aneka lalapan, nasi goreng/bakmi/capcay di sana. Beberapa kali saya makan di tempat itu, di warung yang berbeda-beda,  rasanya  tidak mengecewakan,  Harganya juga tidak terlalu mahal. Rata-rata 10-15 ribu per porsi. Di tempat ini, juga menjadi tempat makan bule-bule yang doyan kulineran. Biar tak ragu-ragu saat makan, pilih warung yang jelas-jelas bertuliskan muslim dan halal.

Di kawasan Nusa Dua dan Jimbaran juga sama. Depot muslim menjamur. Tak sulit berburu makanan halal. 

Jika teman-teman sedang jalan-jalan di area Denpasar, silakan melipir ke kawasan Renon. Di sana, banyak tempat makan halal yang kebanyakan cabang dari resto-resto ternama di Jawa. 

Kalau ada di kawasan Ubung (masih di seputar Denpasar), di sekitar terminal, susuri sepanjang jalan tersebut  hingga ke  barat,  ada beberapa tempat makan muslim/halal.


Nah, apabila sedang piknik di Tabanan, meluncur saja ke Pasar Senggol, Kediri. Deretan depot bertuliskan muslim siap disinggahi. Kawasan ini akan ramai menjelang sore hingga malam, karena tenda-tenda penjual makanan mulai buka lapak sekitar pukul 18.00 WITA hingga jelang tengah malam.

Bagaimana dengan di kawasan Ubud dan seputaran pusat kota Gianyar?

Sepanjang jalan dari arah Kuta/ Denpasar menuju Ubud  banyak depot yang memasang plang besar-besar muslim dan ada tulisan halal. Mulai menu ayam, aneka lalapan dan bakso-baksoan. Insya Allah aman terpercaya.

Pernah juga sih, saking laparnya, ketika jalan-jalan ke Sukawati, saya nekad jajan sate ayam di situ. Tentu saja, setelah saya pastikan bahwa sate ayam yang dijual itu halal. O iya, rata-rata penjual sate ayam/sapi kebanyakan warga pendatang dari Madura. 

Saya menghindari makan di resto yang menyajikan menu western  dan yang tidak ada label halalnya, karena sudah pasti ada makanan yang tidak boleh saya santap. Atau kalau pun ada makanan yang boleh kita makan, tapi secara pengolahan kita tidak tahu seperti apa,  sehingga bikin ragu-ragu, mendingan pilih aman saja. Toh banyak tempat makan yang sudah jelas-jelas halal  dan tayyib bisa kita datangi.

Bagaimana dengan menu ikan-ikanan seperti di Jimbaran? Meski pun ikan halal, tetapi saya kok belum tertarik makan ala-ala dinner di tempat yang nge-hits itu. Lebih ke soal selera sih. Makan di tepi laut dengan pesona deburan ombak di malam hari memang sebuah pengalaman tersendiri, tetapi buat saya kalau mau makan, ya fokusnya di makanan. Bukan pada suasana atau tempatnya. Hehehehe.

Selalu teliti dan berhati-hati. Itu kunci untuk kulineran. Tidak sebatas di Bali saja. Di mana saja. Jika ada rasa ragu-ragu, sebaiknya hindari  untuk menyantapnya. Mudah kan?

Jadi kapan kita makan-makan nih?





Depot Bu Tinuk, di Raya Kuta. Dok : Ambil di Net.



Ps : Foto-foto di ambil dari internet. Mendadak kamera saya hang dan koleksi foto kuliner sementara tidak bisa diakses.








Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang