Antara Baju Lebaran dan Buku



Belanja buku. Dok. Pri




LEBARAN sebentar lagi tiba. Aroma Idul Fitri sudah sedap-sedap bergembira sliweran di depan mata dan hidung. Aneka kue-kue lebaran sudah dijajakan di medsos. Begitu pun beragam baju lucu, mukena cantik, sarung cakep, parcel unyu dan sebagainya. Berita soal THR untuk karyawan swasta dan ASN juga tiap hari dibahas di media. Ada yang sudah dibagikan, tapi banyak juga yang belum. He-he-he. 

Saya gak dapat THR secara kerja freelance. Ha-ha-ha. Tapi, yakin bakal ada saja rezeki buat saya. Amin.

Lebaran buat saya pribadi, tidak berbeda jauh dengan Idul Fitri tahun-tahun yang lewat. Gak ada persiapan sampe harus ganti sofa. He-he-he. Secara gak punya kursi tamu. Gak ada rencana juga buat pasang gorden baru. Qa-qa-qa.

Saya dan suami bakal pulang ke rumah ortu di Bali. Saya tidak mau menyebutnya mudik. Sebab,  mudik seharusnya digunakan buat mereka yang punya kampung halaman. Nah saya?

E tapi mau ke Bali, sampai hari ini belum pegang tiket juga. Seperti biasa, kami ala-ala ransel gitu perginya. Tergantung mood dan duit. Qi-qi-qi. Mood oke, duit ada, ayo cuss! Pokoknya, sebelum lebaran sudah di pulau sebelah. 

Karena bakal lebaran di rumah ortu, jadi secara khusus saya tidak menyediakan kue lebaran banyak-banyak. Beli secukupnya buat suguhan kalau abis hari raya ada teman yang datang plus dimakan sendiri. Qi-qi-qi.  Untuk urusan kue lebaran, sudah beres. Saya sudah punya vendor yang beresin bab ini. 

Baju/sepatu/sandal buat lebaran? Belum kepikiran beli. Paling saya butuh baju buat piknik saja. itu pun belinya dadakan dan beli yang murah meriah saja. Qi-qi-qi.


Kue lebaran favorit jutaan umat. Foto : IDN Times



Yang jadi kepikiran saya malah belanja buku. Ha-ha-ha. Maka, tadi siang, daripada ngelangut di rumah, saya geret hubby buat nemeni jalan-jalan. 

Ke salah satu tempat belanja, yang saya jujug lapak buku di bagian depan. Duh, tanggal tua sih sebenarnya, tapi bersyukur masih ada celengan semar. Ya udahlah pilih-pilih dan angkut. Dapat 31 eksemplar buku. Tidak buat saya sendiri sih. Tapi buat murid, sahabat dan keponakan. Sampai hari ini, saya belum punya ide lain untuk kasih hadiah selain buku. 


Dibantuin suami dan security toko, saya mengusung buku-buku itu. Bahagia banget rasanya bisa belanja buku banyak. Mungkin perasaan ini juga dirasakan mamah-mamah yang hobi shopping baju, tas dan sepatu gitu kali ya? He-he-he.

Beberapa orang melihat kami dengan tatapan aneh. Di mana-mana orang belanja persiapan lebaran, segala baju, kue-kue dan sebangsanya, nah saya?

KENAPA HARUS BACA BUKU?

Banyak orang berkomentar, "Kayak anak sekolahan aja masih beli buku!" 

Bagi saya dan teman-teman pecinta baca, beli buku tidak ada hubungannya dengan masih sekolah atau tidak. Justru ketika sudah tidak sekolah lagi, tapi bekerja  di sektor apa pun itu atau sibuk di rumah sebagai IRT, baca buku itu wajib. Dan belanja buku sudah serupa kalau kita beli sembako atau beli susu dan pampers anak.

Kepala kita perlu dikasih gizi. Salah satu sumbernya ya dari membaca. Syukur, jika kemudian kebiasaan membaca itu tidak sebatas baca untuk diri sendiri saja. Tapi disebarluaskan baik melalui tulisan, atau diaplikasikan ketika di dalam kehidupan sosial.

Membeli buku itu investasi lho. Bukan konsumtif. Ha-ha-ha. Sampai hari ini saya masih memegang keyakinan, belanja buku itu penting. Memang sih, tidak bisa dipamerkan kayak kita beli perhiasan yang bisa dipakai. Qi-qi-qi.



Saya juga percaya, sebokek-bokeknya lagi tanggal tua, ada saja rezeki buat belanja buku.  Beneran!!

Sejak lama juga saya suka menandai peristiwa-peristiwa yang mampir di kehidupan pribadi dengan beli buku. Itu salah satu cara mengawetkan kenangan. Sebab kalau hanya dirayakan dengan makan-makan saja, sudah terlalu mainstream.


Seandainya lagi dikasih kelimpahan rezeki berupa duit banyak, yang ada di kepala saya adalah pergi piknik dan belanja buku banyak-banyak. 

Lebaran ini, Teman-teman belanja buku apa?





---
















Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang