Jihad Melawan Kantuk di Pelatihan Literasi Media



Radio I'm a Friend. Foto : Stebby J

SOFT skill menakhlukkan media penting dimiliki siapa pun. Tak hanya sebatas orang yang bekerja di media saja. Banyak media baik cetak dan elektronik yang menyediakan ruang khusus untuk masyarakat yang ingin berkontribusi menyalurkan suaranya ; Pendapat, ide, inspirasi dan sebagainya.

Maka, akhir pekan Jumat-Sabtu (11-12/5) lalu, saya bersama puluhan teman-teman yang peduli literasi mengikuti pelatihan bertajuk "Penulisan Esai dan Media Visit." Acara yang tak dipungut biaya ini difasilitasi oleh Diskominfo, Pemerintah Kota Probolinggo untuk komunitas-komunitas di Kota Bayuangga, secara bergiliran. Ini kali kesempatan diberikan kepada Komunitas Menulis (Komunlis).

Meski sempat waktu pernah  jadi pekerja media dan sampai saat ini masih aktif berelasi dengan media, saya pikir tak ada salahnya untuk belajar kembali. Dunia media selalu mengikuti perkembangan zaman. Siapa tahu ada banyak informasi terbaru yang bisa menambah wawasan.

Pelatihan berlangsung di Banger Telecenter, Wonoasih, Probolinggo. Meski sering dolan ke Probolinggo, saya baru tahu Pemkot memiliki fasilitas ciamik ini. Meski dari luar, gedungnya terlihat kurang terawat, tetapi di dalamnya, tersedia ruangan representatif untuk menggelar pelatihan dengan fasilitas komputer yang masih gress tersambung dengan jaringan internet yang lancar jaya. "Jangan menilai dari penampakan luar gedungnya," rasanya tepat disematkan pada tempat ini. 

Pelatihan hari pertama digelar usai sholat Jumat dan makan siang. Jam rawan yang penuh perjuangan. Apalagi bagi saya, yang sehari-hari terbiasa tidur siang sekitar dua jam. Ditambah paginya, dari Bangil menuju Probolinggo, saya naik bus yang penuh sesak penumpang. Bikin tidak bisa tidur. Padahal ekspektasi saya sebelum berangkat adalah, dapat bangku di belakang sopir. Ekspektasi tinggallah ekspektasi. Maka, siang itu, saya "jihad" melawan kantuk demi menyerap materi. He-he-he.


Pelatihan di ruangan adem. Sebelum materi, maksi dulu. Dok. Pri


Pembicara pertama di siang yang sejuk karena hempasan AC adalah Mbak Yuli Anisah. Penyiar Suara Kota FM yang awet muda itu membawakan materi bertajuk Radio, I'm a Friend. Dengan suara cempreng yang menjadi ciri khasnya, Mbak Yuli memaparkan dunia radio yang menyenangkan.

Dikatakan, perkembangan tenologi memang membawa pergeseran pada pola sebagian orang untuk mendapatkan informasi. Di antaranya mengakses berita dan hiburan dari media cetak online dan media sosial. Ini memang tidak bisa dinafikan sebagai konsekuensi perkembangan zaman. Meski begitu, radio masih memiliki penggemar fanatik  dan eksistensi radio masih kuat.

Mengapa? Mbak Yuli menyebutkan bahwa itu karena radio masih dianggap sebagai media terpercaya. "Radio tetap penting dan berpengaruh secara sosial, kultural, ekonomi, dan politik," jelasnya.


Mbak Yuli on stage. Dok Pri


Mbak Yuli juga bilang, bahwa jadi bagian dari dunia radio itu menyenangkan. Salah satunya jadi penyiar. Tak melulu berada di balik ruang kaca kedap suara dan bersentuhan dengan alat-alat siaran, jadi penyiar juga jadi pintu untuk dekat dengan orang-orang penting. Sama dengan di koran ya, wartawan punya akses untuk kenal dengan orang-orang berpengaruh. Meski demikian, lanjutnya, tetap ada etika yang dipegang oleh penyiar radio ketika berelasi dengan para pejabat atau orang penting.

"Di mana pun berada dengan siapa pun berelasi, sikap profesional harus dikedepankan," ujarnya tegas.

Pelatihan yang berlangsung selama dua jam itu juga mengupas informasi-informasi dasar radio, perkembangan dunia radio terkini dan syarat jadi penyiar. Kalau saya hitung, materi dari Mbak Yuli itu setara dengan 3 SKS. He-he-he.


Peserta pelatihan yang lebih banyak pelajar itu terlihat antusias  menyimak pemaparan Mbak Yuli. Meski, rata-rata mereka masih pemalu. Wajar ya, saya pun seusia mereka, masih suka malu-malu kucing. Boro-boro ikut pelatihan seperti mereka, saat masih ABG, yang ada di pikiran saya malah pingin cepat pulang dari sekolah. He-he-he.

Setelah dapat materi, peserta digiring ke Radio Suara Kota FM di tengah Kota Probolinggo. Lumayan juga jaraknya dari Banger Telecenter. Tapi peserta tetap antusias dan tak ada seorang pun yang mbalelo atau desersi atau pulang duluan. He-he-he.

Di radio, peserta dikenalkan dengan dunia radio sebenarnya dengan masuk ke ruang siaran. Melihat dari dekat alat-alat yang mendukung informasi dan segala macam mengudara, termasuk proses penyiar cuap-cuap dari balik mike. 


Mbak Yuli Anisa bersama para calon penyiar radio di masa depan. Dok. Pri


Liputan acara ini versi koran silakan meluncur ke Citizen Reporter, Harian Surya, Pelatihan Esai dan Media Visit


Biar ilmunya tidak hanyut, ditulis di koran sekalian numpang eksis. Harian Surya, Jumat (18/5)  Dok. Pri
---

Nah, hari kedua pelatihan berlangsung mulai jam 09.00 WIB. Masih bertempat di ruangan nyaman Banger Telencenter yang jaraknya sekitar 10 menit perjalanan dari pusat Kota Probolinggo.

Menghadirkan pembicara Mas Radfan Faizal, Pemimpin Redaksi Harian Jawa Pos Radar Bromo. Dengan santai, Mas Radfan memaparkan materi seperti konsep dasar menulis, seluk beluk dunia jurnalistik dan penulisan esai.

Dengan menyenangkan, ayah dua anak ini menjlentrehkan bermacam-macam tulisan yang bisa dibuat oleh peserta dengan mudah.  Seperti menulis catatan perjalanan yang bersumber dari pengalaman ketika jalan-jalan ke suatu tempat. "Tulis dengan detil apa saja yang dilihat, hal-hal unik dan perasaan saat berkunjung ke sebuah tempat. Jangan lupa melengkapi dengan foto-foto. Itu bisa jadi cara mudah untuk mendokumentasikan perjalanan kita," terangnya.

Ia juga menyinggung dunia wartawan yang menurutnya adalah profesi yang menyenangkan sekaligus penuh tantangan. Jam kerja yang seperti tak kenal hari libur, karena peristiwa tak bisa diprediksi sebelumnya. Maka, ibarat tentara, wartawan harus siap siaga kapan saja.

Karena itu, lanjutnya, selain diharuskan memiliki wawasan memadai; sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya, wartawan juga harus memiliki stamina yang kuat dan relasi yang banyak.

"Jadi tidak hanya kemampuan menulis berita saja yang diperlukan, tetapi aspek lain yang mendukung kinerja wartawan di lapangan," ujarnya.

Alumnus Universitas Muhammadiyah Malang ini juga memaparkan medianya menerima tulisan dari pembaca. Tentu saja dengan syarat-syarat khusus. Seperti opini, ia menyebutkan, tulisan yang dimuat haruslah pemikiran kritis pembaca terhadap isu-isu kekinian. "Peluang tulisan semacam itu untuk dimuat cukup besar," katanya.

Sejumlah syarat lainnya juga dijabarkan Mas Radfan. Salah satunya, jika sudah mengirim tulisan ke medianya, jangan mengirimkan tulisan yang sama ke media lain. "Ini etika yang harus diketahui dan dipahami oleh penulis. Tulisan yang dikirimkan ke media haruslah eksklusif," tegasnya.

Dalam sesi itu, Mas Radfan juga menantang para peserta untuk mencoba menulis artikel dengan tema bebas.


Ruangan full. Dok. Pri



Para peserta serius menulis artikel. Dok. Pri


Kelas yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu dilengkapi dengan kunjungan ke kantor Harian Jawa Pos Radar Bromo. Sebagian peserta menuju ke sana dengan mencarter angkutan umum.



Rame-rame naik angkot. Foto : IST




Di ruang yang dominan warna biru, warna kebanggaan Jawa Pos itu, Mas Radfan yang hari  itu tampil casual memberikan penjelasan detil seputar koran Radar Bromo yang terbit untuk kawasan tapal kuda ini.

Peserta yang baru kali pertama mengunjungi kantor Harian Radar Bromo terlihat serius menyimak paparan. Ada pula yang sibuk mencatat penjelasan, ada juga yang tidak melewatkan momen itu dengan selfie-selfie. Kekinian. He-he-he.



Di kantor Jawa Pos Radar Bromo. Foto : Stebby J


Sebagai penutup kegiatan tersebut, peserta diajak berkeliling ke ruang redaksi. Karena jam saat kami datang adalah jam kerja wartawan di lapangan, maka di ruangan itu sepi. Tak apa. Paling tidak, para peserta tahu kayak apa sih kantornya wartawan. He-he-he.

Agar kunjungan sah, seluruh peserta berfoto bersama di depan kantor Radar Bromo.



The Next Journalist. Foto : Stebby J


Biar sah. Foto bareng Pak Pimred Radar Bromo. Dok. Pri



Publikasi di Jawa Pos Radar Bromo, Minggu (13/5). IST

Salam literasi!




Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang