Enaknya Piknik Ke mana Ya?
PIKNIK, kata yang bermakna sebagai pergi bersenang-senang ke
luar kota dengan membawa bekal makanan dan sebagainya (KKBI) itu, kini kian populer
di kalangan masyarakat. Sering banget dilontarkan dalam berbagai kesempatan.
“Stres itu disebabkan kurang piknik,”
“Hidup lo kurang piknik!”
Asal jangan piknik ke hatimu saja ya! Ha-ha-ha.
![]() |
Mbak Yeye dan ranselnya siap piknik. Dok : Pri |
Saya sendiri sudah sejak balita sering diajak piknik oleh
orang tua. Kadang perginya sama Mama (biasanya ikut beliau rombongan sekolah
atau organisasi), sering juga pergi bareng dengan Mama-Papa sekeluarga. Atau pergi berdua saja dengan Mama atau Papa. Saya juga
sering ngintil simbah ke luar kota dan diajak menginap di rumah saudaranya.
Tempat-tempat wisata di
Jawa Timur, DIY dan Jawa Tengah sebagian besar sudah kami kunjungi. Tidak
melulu pergi ke pantai atau pegunungan, sering kami pergi ke candi, museum, wisata
reliji dan bersilaturahmi ke rumah saudara. O iya waktu kecil, sering juga diajak wisata
kuliner. Kebetulan orang tua hobi kulineran juga. (Jadi tahu kan, kenapa saya doyan kuliner?) He-he-he.
![]() |
Kulineran bareng keluarga di Tepi Tanjung Benoa, Bali. Dok : Pri |
Saya masih ingat ketika ikut Mama berziarah ke makam Ibu RA
Kartini di Rembang, Jawa Tengah. Perginya rombongan dengan teman-teman beliau.
Jam tiga pagi, kami sudah tiba di Rembang. Karena masih gelap gulita, jadilah
kami tidur di balai desa beralas kursi plastik yang ada di tempat itu. Pernah
juga berziarah ke makam Ibu Tien Soeharto di Astana Giri Bangun, Bukit Mangadeg, Kartasura. Karena
bus tidak bisa mencapai puncak bukit, kami dioper naik pick-up untuk sampai di
depan makam. Perjalanannya seru dan mendebarkan. Tentu saja, karena jalan yang
kami lalui terbilang sempit, belum lagi jurang yang ada di sepanjang bukit.
Piknik sendirian tanpa orang tua juga sering saya lakukan.
Mulai SMP saya biasa ke luar kota sendiri. Naik bus, angkot atau kereta api. Saat SMU, pikniknya hampir tiap Minggu.
Apalagi kalau musim liburan dan ada tamu. Wah, bisa dipastikan tiap hari saya
piknik, jadi guide untuk teman-teman dan keluarga yang datang ke Bali. Begitu pun saat
kuliah, pikniknya makin jauh. Baru-baru datang di Jogja, tiap hari lepas subuh sampai siang, saya biasa menjajal semua jalur bus keliling Jogja untuk menghafal rute. Kalau sore, saya jalan kaki dari kos-an, menyusuri gang-gang kecil sambil inspeksi kulineran. Makanya, sampai sekarang meski sudah lama meninggalkan Jogja, saya masih ingat jalur-jalur bus dan rute-rutenya. Kalau pun bawa kendaraan sendiri pun juga belum lupa jalan.
Ketika menikah, kalau diingat-ingat rasanya sering-sering
juga piknik sampai ke luar negeri. Menyenangkan karena perginya bersama
pasangan. Paling sebentar tiga hari, paling lama bisa hampir sebulan, biasanya sekalian mudik ke Bali. Beberapa kali juga overland Jawa-Bali 7-10 hari (Ini piknik apa minggat ya?). Eh tapi, saya masih suka juga piknik sendirian.
Semakin ke sini, saya makin paham, bahwa sebenarnya piknik
tidak melulu harus pergi ke tempat-tempat wisata kekinian. Saya dan pasangan sering
menghindari untuk mendatangi tempat wisata yang bisa dipastikan ribuan orang
berduyun-duyun ke sana. Duh pusing!
Males banget kalau harus macet-macetan untuk mencapai tujuan, belum lagi uyel-uyelan masuk ke tempat wisata atau berdesakan menikmati pemandangan.Mau piknik atau demonstrasi ya? Ha-ha-ha.
Kebayang kan belum nyampe tujuan, badan sudah capek, plus emosi jiwa juga. Oh No!
Saya lebih menyukai tempat wisata yang tidak hiruk pikuk dan tidak banyak wahana permainan.(Mungkin kalau sudah ada anak, akan lain ceritanya. Tapi pinginnya, anak-anak kelak lebih suka piknik ke alam).
Males banget kalau harus macet-macetan untuk mencapai tujuan, belum lagi uyel-uyelan masuk ke tempat wisata atau berdesakan menikmati pemandangan.
Saya lebih menyukai tempat wisata yang tidak hiruk pikuk dan tidak banyak wahana permainan.
Apalagi, sejak mengenal konsep bahwa piknik harus nyaman, senang saat pergi, senang saat pulang dan tidak capek. Ini saya tiru gara-gara dulu, sering mengamati kebiasaan para tamu dari Jepang dan negara-negara lain yang
menginap di hotel tempat saya kerja. Bawaan dari negaranya minimalis banget, menikmati fasilitas hotel, lalu kalau pergi jalan-jalan juga santai dan menikmati pemandangan. Saat mengambil gambar atau foto-foto juga gak heboh kayak kita. Sepanjang pengalaman mengamati dan bergaul dengan turis-turis asing, saat piknik, mereka fokus ke obyek wisatanya.
Karena itulah, saya dan pasangan sebisa mungkin setiap piknik, tidak hanya perginya saja yang senang, tapi di tujuan pun harus bisa menikmati, sehingga pas pulang piknik, hati dan badan benar-benar bahagia. Bukan malah stres dan capek.
Idealnya piknik membuat kepenatan hilang, hati riang dan tambah semangat kerja atau belajar saat liburan sudah usai. Bukankah itu tujuannya kita piknik?
Karena itulah, saya dan pasangan sebisa mungkin setiap piknik, tidak hanya perginya saja yang senang, tapi di tujuan pun harus bisa menikmati, sehingga pas pulang piknik, hati dan badan benar-benar bahagia. Bukan malah stres dan capek.
Idealnya piknik membuat kepenatan hilang, hati riang dan tambah semangat kerja atau belajar saat liburan sudah usai. Bukankah itu tujuannya kita piknik?
Ada beragam cara untuk keluar dari rutinitas ala saya (dan pasangan) untuk merayakan
piknik dengan sebenar-benarnya ;
1. Kalau waktunya terbatas, cukup mengeluarkan motor,
jalan-jalan sesuai kata hati keliling desa-desa. Biasanya, perjalanan seperti
ini akan banyak menghadirkan inspirasi dan pengalaman-pengalaman batin yang tidak
terduga. Kerap saat suntuk dan menghadapi masalah, lalu kami piknik, eh ternyata, bertemu orang tanpa sengaja, yang ternyata bisa memberikan pencerahan dan jawaban kerisauan kami. Padahal, kami tidak bercerita, hanya menjadi pendengar kisah-kisahnya. Aneh tapi nyata. Saya yakin itu bukan kebetulan. Tapi, memang cara Tuhan memberikan jawaban melalui perjalanan.
Kalau haus atau lapar, berhenti di warung/tempat makan yang kita temui. Memesan kopi atau es dan makanan yang dijual. Makan tanpa terburu-buru sambil berbincang dengan si penjual atau pasangan. Biasanya, kalau sudah kerasan dengan suasana dan menu yang dijual, wah bisa berjam-jam di tempat itu.
Kalau haus atau lapar, berhenti di warung/tempat makan yang kita temui. Memesan kopi atau es dan makanan yang dijual. Makan tanpa terburu-buru sambil berbincang dengan si penjual atau pasangan. Biasanya, kalau sudah kerasan dengan suasana dan menu yang dijual, wah bisa berjam-jam di tempat itu.
![]() |
Jalan-jalan di Jogja, berhenti di warung gudeg pinggir jalan. Dok : Pri |
![]() |
Kulineran malam di pinggir jalan di Blitar. Dok :Pri |
![]() |
Nyicip tengkleng gajah di Jogja. Dok :Pri |
2. Saya kerap naik angkutan umum seperti bus atau colt
menuju terminal di luar kota. Setiba di sana, duduk-duduk di ruang tunggu atau
berkeliling area terminal sambil mengambil gambar. Kalau ada tempat makan yang
sekiranya cozy, bisa bersantai sambil makan dan minum, lalu mengamati
orang-orang yang hilir mudik di terminal. Seru lo! Banyak inspirasi sepanjang jalan di dalam angkutan dan terminal. Eitt tapi, naik kendaraan umum dan di terminal harus waspada ya. Bisa baca juga Tips Jalan-jalan Ala Ransel Mbak Yeye.
![]() |
Naik angkot ke terminal. Dok : Pri |
3. Ke toko atau lapak-lapak buku dan menghabiskan waktu
berjam-jam untuk menelusuri buku-buku baru. Di tempat seperti itu, mendapat
ketenangan juga, lepas dari penat dan tentu saja dapat asupan ilmu. Pulangnya
tidak lupa menenteng satu atau dua buku baru dengan harga sesuai kantong.
![]() |
Menghilang di lapak-lapak buku di Jogja. Dok : Pri |
Jika berkunjung ke Jogja, teman-teman bisa menyempatkan nonton pagelaran sendratari Ramayana di Candi Prambanan. Biasanya digelar di akhir pekan. Saya sendiri kerap juga sekedar duduk-duduk di Malioboro, lalu menikmati pertunjukan pemain musik angklung sampai berjam-jam sambil melihat lalu-lalang pengunjung Malioboro. Buat saya itu sebuah piknik tersendiri.
![]() |
Di panggung utama Art Centre, Denpasar menunggu pertunjukan kebyar gong. Dok : Pri |
5. Menginap di hotel dan menikmati fasilitasnya. Tidak usah ke mana-mana, karena niatnya memang beristirahat. Karena saya tak suka dan tidak bisa berenang, palingan hanya leyeh-leyeh di tepi kolam sambil membaca atau ngemil makanan. Kalau ada kafe atau resto di dalam hotel, menyempatkan mencicip menu-menunya. Waktu check-in dan check-out dimaksimalkan sehingga bisa puas menikmati fasilitas dan layanan hotel.
![]() |
Khusyuk mencicip menu andalan resto hotel. Makan tanpa manners. Dok : Pri |
Jogja adalah salah satu tempat yang terkenal akan wisata dan budaya selain itu banyak juga toris disana yang menetap untuk melakukan research serta jogja juga disebut sebagai kota pelajar. Ini adalah salah satu alasan mengapa jogja di jadikan objek wisata serta tempat bersejarah lainnya yang patut dikunjungi seperti candi, musium dan yang lainnya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung. Ayo kita ke Jogja!
DeleteJogja adalah salah satu kota yang memiliki banyak tempat bersejarah dan bermakan seperti candi, musium dan yang lainnya. Sehingga menjadikan Jogja ini sebagai salah satu objek wisata
ReplyDeleteMantap, terima kasih kisah nya.!
ReplyDeletehttps://goo.gl/BdUVKU