Ketika Murid Liburan, Guru Justru Masuk Kelas (Workshop Menulis Artikel)

MENULIS itu mudah, yang membuat sulit adalah ketika tidak segera memulainya.


Tidak ada cara lebih baik untuk menulis selain dengan menulis. 


Itu yang menjadi poin ketika saya mengisi materi menulis artikel di media massa untuk para pengajar Sekolah Citra Berkat (SCB), The Taman Dayu, Pandaan, Senin (25/9). Ada sekitar 25 orang guru TK-SMP termasuk Manajer Operasional dan Kepala TK-SMP berpartisipasi di kelas tersebut. Pelatihan berlangsung saat murid-murid SCB libur setelah ulangan umum Term 1. Jadi muridnya liburan, gurunya malah masuk kelas untuk belajar menulis artikel. He-he-he-he.




Ayo Menulis! Dok. Pri






"Menulis untuk memotivasi dan menginspirasi banyak orang," kata Adi Rasidi, Manajer Operasional SCB. Dok : Pri 


Saya datang 20 menit sebelum acara dimulai tepat pukul delapan pagi. Ketika masuk ruangan, rupanya teman-teman pengajar sudah siap dengan laptop di meja masing-masing. Sementara saya malah tidak membawa laptop. He-he-he. Materi yang akan saya bagikan sudah saya kirim imel ke sekolah, tiga hari sebelumnya.



Para guru TK-SMP SCB di kelas menulis. Dok : Pri

----


Bagi para pengajar, aktivitas menulis sebenarnya hal biasa dan (seharusnya) sudah menjadi "makanan pokok" sehari-hari. Mulai menulis materi pembelajaran, jurnal dan menulis narasi kemajuan belajar siswa dll. 

Nah, ini kali para guru ini ingin meningkatkan soft skill menulis artikel. Tidak hanya sebatas menulis untuk konsumsi terbatas, tapi pembaca yang lebih luas, baik melalui media cetak atau media yang dikelola oleh sekolah.

Saya bersyukur diberi kesempatan berbagi sedikit ilmu, yang itu berarti menjadi ruang untuk terus belajar.


Para pengajar SCB praktik menulis. Dok. Pri



Saya bagikan RESEP yang bisa diaplikasikan untuk menulis artikel di media, seperti;

1. Supaya memudahkan menulis, sebaiknya menentukan tema yang akan ditulis.

2. Mengumpulkan data-data lengkap berkaitan dengan tema yang akan ditulis.

3. Memakai rumus 5 W + 1 H dengan formasi piramida terbalik atau menulis bagian yang paling penting dan menarik terlebih dahulu. (Ini digunakan jika ingin menulis berita).

4. Menulis Straigh to The Point alias tidak berbelit-belit.

5. Menulis sampai selesai baru melakukan editing.

6. Telaten mencermati jika ada repetisi kata, memeriksa penggunaan tanda baca, dan penulisan nama orang/gelar akademik/jabatan,  tidak boleh salah tulis.

7. Lalu, yang terakhir adalah harus punya keberanian untuk mengirimkan naskah ke media.

Sering kan, kita dihinggapi perasaan tidak percaya diri dengan apa yang kita kerjakan? Takut ditolak, takut tulisan dinilai jelek dan alasan-alasan lain yang belum tentu benar.

Naskah ditolak oleh media itu biasa. Tidak masalah buat kita. Mereka pasti punya alasan dan kebijakan untuk menerima atau menolak naskah yang kita kirimkan. Tugas kita, terus menulis serta meningkatkan kualitas tulisan.


----

Selama tiga jam kami berdiskusi sekaligus praktik menulis. Teman-teman guru SCB ini aktif untuk bertanya dan mendiskusikan hal-hal yang masih mengganjal dalam menulis. Seperti, apakah perlu menuliskan sebutan Bapak/Ibu dan sebagainya kepada narasumber yang ditulis ?

Kemudian, kami juga membahas mengenai menulis lead, agar tulisan bisa mencuri perhatian pembaca. Memang, menulis opening berita (sepertinya) tidak mudah. Tetapi, jika sudah berhasil menuliskan paragraf pertama, bisa dipastikan paragraf-paragraf berikutnya akan mengalir dengan lincah.

Tidak lupa, saya juga menyinggung pentingnya pendokumentasian tulisan dan foto yang kita kirim ke media. Ini untuk mengantisipasi agar kita tidak  melakukan pengiriman karya ganda. Prinsipnya, apa yang kita kirimkan ke media harus eksklusif. Tidak boleh tulisan atau foto yang sudah kita kirim ke media A, lantas kita kirim juga ke media B, C, dan seterusnya.

Kemudian, ketika tulisan  sudah berhasil dimuat di koran, ada baiknya dikliping baik secara manual atau digital. Karena karya tersebut merupakan portofolio yang pasti akan bermanfaat.

Kegiatan pelatihan ini menurut Kepala SD Citra Berkat, Elda Yanuar, merupakan aktivitas rutin sekolah, di mana usai ujian tengah semester, para pengajar mendapatkan penyegaran. Secara bergantian, guru terutama yang baru selesai mengikuti pelatihan akan mentransfer ilmunya kepada teman-teman sejawat. Atau mengundang narasumber untuk membagikan pengalaman yang dibutuhkan para guru.


"Kalau setiap guru bisa menulis paling tidak satu tulisan di koran setiap bulan, tentunya, ini akan membuat sekolah makin dikenal masyarakat. Para guru, bisa membagikan pengalaman sekaligus menginspirasi orang lain untuk berkarya," ujar Adi Rasidi, Manajer Operasional SCB. Ditambahkannya, dengan guru-guru rajin mengirim tulisan dan dimuat media, tentu menjadi motivasi bagi peserta didik untuk semakin giat berkarya.


Antusiasme para pengajar ini bolehlah diacungi jempol. Saat praktik menulis, mereka tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan tulisan, dan rata-rata hasilnya melebihi ekspektasi. Seperti tulisan Kepala SMP Citra Berkat, Martina Y Sidharta yang menulis pengalamannya ketika mengikuti kelas Prof Yohanes Surya, baru-baru ini.  Ada pula yang menuliskan pembelajaran sejarah di museum. "Ternyata menulis itu mudah, apalagi kalau sudah bisa membuat lead," kata Elyana. Semoga, para guru makin semangat menulis. MENGAJAR IYA, MENULIS JUGA HARUS!

Berikut tulisan-tulisan para pengajar SCB The Taman Dayu, Pandaan yang sudah dimuat di koran.



Artikel Presiden Direktur Termuda SCB, Julia Dewi di Harian Surya. Dok : Pri



Artikel Pembelajaran Tematik, Elda Yanuar, di Harian Surya, Senin (25/9). Dok : Surya



Liputan Pembelajaran di Museum, Christiana Subagyo, di Harian Surya, Senin (9/10). Dok : Surya




Liputan Pelatihan Menulis Guru-guru SCB, Julia Dewi, di Harian Surya, Selasa (17/10). Dok : Julia D



























Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Kulineran Ikan Dorang

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia