Lontong Mi, Nikmatnya sampai Ubun-ubun

LONTONG MI. Salah satu makanan favorit saya sejak jaman kanak-kanak. Komposisi unik antara lontong, mi kuning, tahu goreng  dan kecambah dengan guyuran kuah kecoklatan ini selalu ngangeni.

Setahu saya sejak kenal lezatnya lontong mi, makanan ini hanya ada di Jawa Timur. Memang, makanan sebangsa ini di daerah lain juga ada. Macam Mi Bangka, Mie Titi Makasar, dsb. Tapi yang pakai petis hanya lontong mi di Sidoarjo dan Surabaya.


Lontong mi endes. Dok : Pribadi

Nah, pekan lalu saat pulang ke Sidoarjo, saya sempatkan untuk jajan lontong mi. Sebenarnya sih bikin sendiri bisa. Tapi berhubung saya hanya hobi makan dan tidak suka masak memasak, maka jadilah beli saja. Tinggal santap dan sudah pasti rasanya bisa dipertanggungjawabkan. Setuju!

Sekitar jam 13, suara yang ditunggu-tunggu akhirnya terdengar juga. 

"Lontong mi......."

Melesatlah saya ke luar rumah dan memanggil si penjual lontong mi agar merapat ke depan rumah.
Lontong mi yang saya tunggu adalah langganan keluarga sejak puluhan tahun lalu. Penjualnya perempuan, usianya sekitar 50 tahunan. Dulu, si Ibu ini jualan pakai keranjang yang ditaruh di atas kepala. Sejak beberapa tahun terakhir menggunakan gerobak. Salut sih, si Ibu ini sangat setia dengan karirnya dan kuat juga mendorong gerobak.

Isi dagangannya masih sama dengan dulu. Lontong mi dan es dawet beras.

Gerobak Lontong Mie. Dok : Pribadi


Saya pesan tiga piring lontong mi pedas sesuai jumlah kepala di rumah. 

Dengan cekatan, si Ibu meracik bumbu di atas piring. Yang sempat saya lihat sih ada petis, gula, garam, bawang putih dan lombok yang diuleg setengah kasar dengan sedikit kuah agar cepat larut. Lalu, potongan lontong, mi, tahu goreng dan kecambah ditaruh di atas bumbu, kemudian disiram dengan kuah yang dimasak di dalam panci. Di atas ubo rampe tersebut ditaburi bawang merah dan putih goreng. Sekejab saja aroma gurih bawang putih dan petis menyeruak ke udara. Menggugah lapar seketika.Ha-ha-ha.


Meracik lontong mi. Dok : Pribadi


Eitt! Supaya acara makan lontong mi makin mantap jiwa, ada sepotong krupuk, yang digemari milyaran umat di dunia dan sate kerang.

Mariii makan!!

Bagi saya, kuliner lokal macam ini sangat memesona ketimbang makanan ala-ala barat sana. Ya ini memang selera sih. Kebetulan, selera saya lokalan.

Entah sugesti atau apa, setiap kali badan rasa meriang, kepala cenut-cenit, justru lontong mi bisa jadi obat menyembuhkan semua gejala tidak sehat di badan. Hi-hi-hi.
Saya belum dapat referensi, siapa penemu lontong mi dan yang memerkenalkan kuliner endes ini kali pertama. Tapi siapa pun itu saya doakan masuk surga. 

Makan lontong mi paling enak memang saat siang menjelang sore hari. Menganjal rasa lapar (lagi) dan pingin ngemil setelah makan siang.

Sepiring lontong mi dengan porsi banyak ini dijamin tidak akan membuat perut kekenyangan kok. Nah, sebagai pamungkas dan supaya makin maknyus kalau kata Pak Bondan, acara makan lontong mi ditutup dengan es dawet beras. Segar dan nikmatnya sampai ubun-ubun.


Jadi lapar lagi deh! 
Itu makanan favoritku. Bagaimana dengan teman-teman?





Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Kulineran Ikan Dorang

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia